Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerita Akhir Tahun di Sudut Pasar Gede yang Buka 24 Jam

26 Januari 2023   22:00 Diperbarui: 26 Januari 2023   22:10 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempat duduk yang tersedia di trotoar (dok IYeeS) 

"Sepertinya, bannya bocor! " 

Kamu menghentikan sepeda motormu, dan aku segera meloncat dari boncengan. 

"Bisa jadi, Aku juga merasa ada yang tak nyaman, seperti terseok-seok! " 

Kupijit ban motor, tapi masih keras. 

"Mungkin bocor halus," katamu. 

"Kamu saja yang naik, aku jalan kaki. Kamu cari tukang tambal ban! " Lanjutmu lagi. 

"Aku jalan kaki saja, kamu yang cari tambal ban. Malam-malam gerimis, sepertinya susah mencari tambal ban, " Kataku. 

"Ya sudah, kamu tunggu di situ. Nanti kalau sudah beres kujemput. Jangan ke mana-mana! " Pesanmu padaku. 

"Titip ya, Mbak! " Kau titipkan aku pada seorang perempuan yang duduk tak jauh dari tempatku duduk, di depan toko yang hampir tutup. 

"Ya, Pak! " Jawab perempuan itu yang menatapku tajam dan tidak bersahabat. 

"Krik.. Krikk.. Krik..! Suasana sepi padahal baru pukul setengah tujuh malam. Di akhir tahun seperti ini, ternyata orang justru lebih memilih tinggal di rumah. 

Perempuan di sebelahku menggumam tak jelas. Aku diam saja, tak berminat ngobrol bersamanya. 

Tak lama dia mengeluarkan rokok, dan menyulutnya. 

Aku semakin tak nyaman. Apalagi asap rokoknya membuatku terbatuk-batuk. 

"Aku takut, perempuan di sebelahku merokok. Dan aku terbatuk-batuk! " Kukirim pesan WA padamu. 

" Nggak papa, di kota perempuan biasa merokok!" Balasmu. 

"Tapi aku tak nyaman, dia seperti bukan orang baik-baik! " (Ah... Aku mungkin ndeso. Belum pernah melihat perempuan merokok, kecuali melihat di film -film yang menggambarkan bukan perempuan baik-baik.) 

"Tempatmu jauh? Aku menyusul ke situ saja, " Pintaku. 

"Ini sudah hampir selesai! " Balasmu. 

"Tapi kalau kamu mau menyusul tidak apa-apa! Lewat gang, lurus. Nanti mentok, kamu belok kanan sampai mentok juga, terus belok kiri, sampai pertigaan, belok kiri lagi, nanti sampai jalan raya, kamu telepon saja! "

"Ribet! Kamu sharelok saja! "

"Aku lupa caranya sharelok! "

Ealah! Kumatikan HP dengan kesal. 

Aku mulai jalan masuk gang. Sepi sekali, dan gerimis membuat suasana dingin dan mencekam. Entah mana yang lebih baik. Menunggumu di dekat perempuan perokok itu, atau menyusul kamu. 

Tapi aku sudah memilih opsi kedua. Dengan ketetapan hati aku melangkah. 

Lampu yang remang, membuatku ragu. Apalagi gang ini terasa asing bagiku. Dadaku berdetak lebih kencang saat berpapasan dengan orang. Seolah semua orang berniat jahat dalam gelapnya malam. 

Aku berjalan sesuai arah yang kautulis. 

Sampai di pertigaan yang sepi dan pengap aku berhenti. Entah di mana. Sebelah kiri, seperti gerbang sebuah bangunan tua bertingkat yang luas, tapi gelap. 

Sebuah pabrik? Jangan-jangan aku salah masuk. Sementara arah kanan seperti gang buntu. Mau berbalik, aku merasakan sudah berjalan jauh, capek, gerimis dan gelap. Bukan pilihan yang bagus. 

Dari arah bangunan kokoh tapi seram, seorang perempuan berjalan ke arahku. 

Jantungku berdetak lebih cepat. Yang terlihat hanya bayangan hitam, tapi kutahu dia seorang perempuan. 

"Bu, jalan raya masih jauh? " Kubertanya pada perempuan yang menenteng tas kresek. 

"Sudah dekat, ini setelah pasar  langsung jalan raya! "

"Oh, ini pasar ya, Bu? Kok gelap? "

"Iya, yang lantai atas tutup. Yang bawah pasar sayur, buka 24 jam. Saya juga baru belanja! " Kata perempuan itu sambil menunjukkan tas kresek belanjaan. 

"Terima kasih, Bu! Kataku

" Sama-sama! "

Dok IYeeS
Dok IYeeS

Wah, kebetulan! Pikirku. Kudekati Ibu penjual tempe. 

"Bu, ini pasar ya, Bu? "

"Iya, mau belanja apa? " Tanyanya. 

"Enggak, cuma lewat. Ini pasarnya buka sampai jam berapa? "

"Buka terus sampai pagi, pokoknya 24 jam. Ini sepi sampai jam 12 malam, nanti mulai jam 01.00 sudah ramai, orang belanja dan kulakan, " Jawabnya. 

" Ya sudah, Terima kasih Bu! "

"Tidak belanja? "

"Tidak..! " Aku sedikit berteriak karena masker menutup mulutku. 

" Plak!" Sebuah tangan menepuk bahuku!

"Awwww...! " Aku berteriak kaget dan ngeri. 

###

"Hei! Kenapa berteriak?  Ini Aku!" 

"Ah, ternyata kamu! Kenapa mesti membuatku kaget? "

"Kukira kamu dipaksa beli dagangannya oleh ibu itu! " Katamu. 

"Tidak! " Sebenarnya aku mau menggali informasi dari pedagang lain juga, kamu malah ngagetin! "

"Ya sudah, kamu tunggu di sini! "Duduk saja jangan ke mana-mana! "

Tempat duduk yang tersedia di trotoar (dok IYeeS) 
Tempat duduk yang tersedia di trotoar (dok IYeeS) 

"Temani, Aku! " Kataku merengek. 

"Iya, ini sambil nungguin motor yang lagi ditambal! " Jawabmu. Beberapa langkah dari aku duduk. Okelah, dekat. 

Nguing.. Nguing.. Nguing.. Mobil satpol PP yang mengadakan razia melintas. 

Sekilas perempuan perokok itu ada di antara banyak perempuan yang tertangkap. Aku terkesima... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun