Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menguak Misteri Situs Ngurawan

24 Januari 2023   12:20 Diperbarui: 24 Januari 2023   13:26 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu artefak yang ditemukan di situs Ngurawan, berupa umpak (dok IYeeS) 

Hari Senin, 23 Januari 2023 dijadikan hari cuti nasional, sekaligus memperingati hari imlek 2023.

Perayaan tahun baru imlek yang dirayakan oleh warga Tionghoa itu di beberapa tempat, dilaksanakan dengan atraksi barongsai, festival Kuliner Pecinan, dan tentunya ritual imlek oleh mereka yang merayakan. 

Hari libur cuti bersama yang bertepatan dengan hari senin, sekaligus awal bulan Rajab itu dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk berpuasa. 

Akhirnya, saya mengajak suami mengunjungi situs Ngurawan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah agar tidak mengganggu puasa. 

Sejarah situs Ngurawan ini ternyata berhubungan dengan Kertanegara dan peristiwa utusan China yang dilukai oleh Kertanegara yang saat itu masih menjadi Raja Kerajaan Singosari bagian timur sungai Brantas (Daha). 

Awalnya, saya penasaran dengan Papan penunjuk yang bertuliskan Situs Ngurawan. Keingin tahuan saya langsung bangkit, tapi sudah 2 kali mencari tak jua ketemu. Akhirnya saya mengajak suami yang lebih paham lokasi situs tersebut. 

Setelah sempat nyasar dan kembali memutar, akhirnya kami sampai di lokasi, rumah milik Pak Gatot. Salah satu lokasi penggalian situs Ngurawan. 

Kami diajak ke lokasi penggalian yang pernah dilakukan tahun 2016 oleh Badan Purbakala Yogyakarta. Letaknya di belakang rumah Pak Gatot. 

Di tengah rimbunan pekarangan, ada artefak berupa umpak. 

Salah satu artefak di situs Ngurawan (dok IYeeS) 
Salah satu artefak di situs Ngurawan (dok IYeeS) 

Sedang bekas lubang penggalian yang biasanya ditimbun kembali, dibiarkan terbuka oleh Pak Gatot. 

Di situ ada susunan batu bata kuno yang diduga tembok atau pondasi yang tersusun rapi di pinggir, sementara agak ke dalam juga tersusun batu bata kuno yang bentuknya tidak memanjang, seperti bentuk batu bata sekarang, tapi bentuknya mendekati segi empat. 

Lubang  bekas galian dengan bangunan seperti pondasi dari batu bata (dok IYeeS) 
Lubang  bekas galian dengan bangunan seperti pondasi dari batu bata (dok IYeeS) 

Diduga, situs Ngurawan tidak hanya berada di tanah milik Pak Gatot, tapi juga tertimbun di persawahan, jalan, dan pekarangan penduduk setempat. 

Karena diduga situs Ngurawan tidak hanya bentuk bangunan kecil, tapi meliputi bangunan yang luas. 

Setelah melihat di pekarangan belakang, saya kembali ke depan, di rumah Pak Gatot, tempat artefak disusun di almari kaca. 

Kebanyakan, benda-benda sudah tak utuh, hanya berupa cuilan-cuilan dengan tulisan yang menerangkan benda itu apa. 

Artefak yang bisa kita lihat di sini, antara lain :

Lumpang (dok IYeeS) 
Lumpang (dok IYeeS) 

Serpihan jambangan (dok IYeeS) 
Serpihan jambangan (dok IYeeS) 

Serpihan tempayan (dok IYeeS) 
Serpihan tempayan (dok IYeeS) 

Serpihan artefak (dok IYeeS) 
Serpihan artefak (dok IYeeS) 

Miniatur (dok IYeeS)
Miniatur (dok IYeeS)

Figurin (dok IYeeS) 
Figurin (dok IYeeS) 

Patung tanpa keterangan (dok IYeeS) 
Patung tanpa keterangan (dok IYeeS) 

Serpihan kendi dan gambar rekaan nya (dok IYeeS) 
Serpihan kendi dan gambar rekaan nya (dok IYeeS) 

Serpihan tempayan (dok IYeeS) 
Serpihan tempayan (dok IYeeS) 

Penyangga (dok IYeeS) 
Penyangga (dok IYeeS) 

Menurut Pak Gatot, temuan artefak didapat pada penggalian tahun 2016 yang dilakukan oleh Balai Arkeologi (balar)Yogyakarta. 

Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penggalian atau ekskavasi terhadap Situs Ngurawan yang berada di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Penggalian itu bertujuan untuk mengungkap peninggalan budaya yang ada di situs Ngurawan. 

"Nama Ngurawan sangat terkenal, baik di masa lalu maupun saat ini.

Dalam penggalian ditemukan susunan batu bata kuno mirip  bangunan pondasi. 

"Diduga, pondasi itu merupakan peninggalan bangunan Kerajaan Gelang-Gelang semasa Raja Sri Jayakatwang. Itu ada tercantum dalam sebuah prasasti," kata salah satu tim penggalian dari balai Arkeologi Yogyakarta. 

Menurut tim arkeologi Yogyakarta paling tidak ada tiga prasasti yang menyebut nama Wurawan atau kata lain dari Ngurawan yaitu prasasti Mula-Malurung yang berangka 1177 Caka atau 1255 Masehi, prasasti Taji 823 Caka atau 901 Masehi dan prasasti Pucangan 963 Caka atau 1041 Masehi

Keberadaan Ngurawan dan Gelang Gelang secara jelas termuat dalam prasasti Mula Manurung bertarikh 1255M, yang menyebut sanak kadang dan keturunan Seminingrat yang dinobatkan sebagai raja di Negara bagian Tumapel Singasari. 

Di antaranya menyebutkan Nararya Turukbali, putri sang prabu Seminingrat yang menjadi permaisuri Jayakatwang, ditetapkan sebagai ratu kerajaan Gelang Gelang di daerah Wurawan(Ngurawan).

Saat itu Jayakatwang belum menjadi raja Kerajaan gelang-gelang,  tetapi merupakan putra mahkota kerajaan kediri,putra Sastrajaya. Sedang Raja  kerajaan Daha yang terletak di timur sungai Brantas adalah Kertanegara. 

Pada pemerintahan Kertanegara inilah utusan Khubilai Khan yang bernama Meng Qi justru dilukai, sehingga menimbulkan kemarahan kerajaan China. 

Baru pada tahun 1271M, Jayakatwang menggantikan Sastrajaya, menjadi Raja Kediri. 

Sementara Turukbali tetap bersemayam di Gelang Gelang. 

Pada tahun 1292M, Jayakatwang yang berkuasa atas Kediri dan Gelang Gelang berhasil menghancurkan pemerintahan Kertanegara di Singasari.

Tapi setahun kemudian Jayakatwang dihancurkan raden Wijaya dengan memanfaatkan pasukan Khubilai Khan yang ingin menuntut balas sakit hatinya. 

Sejak saat itu perlahan keberadaan Gelang Gelang surut. Ketika Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit dengan membuka hutan tarikh, , bekas wilayah Gelang Gelang berganti nama sebagai keraton Pandan alas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun