Dalam penggalian ditemukan susunan batu bata kuno mirip  bangunan pondasi.Â
"Diduga, pondasi itu merupakan peninggalan bangunan Kerajaan Gelang-Gelang semasa Raja Sri Jayakatwang. Itu ada tercantum dalam sebuah prasasti," kata salah satu tim penggalian dari balai Arkeologi Yogyakarta.Â
Menurut tim arkeologi Yogyakarta paling tidak ada tiga prasasti yang menyebut nama Wurawan atau kata lain dari Ngurawan yaitu prasasti Mula-Malurung yang berangka 1177 Caka atau 1255 Masehi, prasasti Taji 823 Caka atau 901 Masehi dan prasasti Pucangan 963 Caka atau 1041 Masehi
Keberadaan Ngurawan dan Gelang Gelang secara jelas termuat dalam prasasti Mula Manurung bertarikh 1255M, yang menyebut sanak kadang dan keturunan Seminingrat yang dinobatkan sebagai raja di Negara bagian Tumapel Singasari.Â
Di antaranya menyebutkan Nararya Turukbali, putri sang prabu Seminingrat yang menjadi permaisuri Jayakatwang, ditetapkan sebagai ratu kerajaan Gelang Gelang di daerah Wurawan(Ngurawan).
Saat itu Jayakatwang belum menjadi raja Kerajaan gelang-gelang,  tetapi merupakan putra mahkota kerajaan kediri,putra Sastrajaya. Sedang Raja  kerajaan Daha yang terletak di timur sungai Brantas adalah Kertanegara.Â
Pada pemerintahan Kertanegara inilah utusan Khubilai Khan yang bernama Meng Qi justru dilukai, sehingga menimbulkan kemarahan kerajaan China.Â
Baru pada tahun 1271M, Jayakatwang menggantikan Sastrajaya, menjadi Raja Kediri.Â
Sementara Turukbali tetap bersemayam di Gelang Gelang.Â
Pada tahun 1292M, Jayakatwang yang berkuasa atas Kediri dan Gelang Gelang berhasil menghancurkan pemerintahan Kertanegara di Singasari.
Tapi setahun kemudian Jayakatwang dihancurkan raden Wijaya dengan memanfaatkan pasukan Khubilai Khan yang ingin menuntut balas sakit hatinya.Â