Lapak pertama adalah nasi liwet dan nasi bakmoy halal. Tapi kami melewatkannya, sebab masih ingin melihat-lihat lapak lain.Â
Ada juga lapak warung kopi yang secara alami sudah ada di situ sejak lama. Tapi diperbolehkan membuka warung seperti biasanya. Cuma tempatnya agak gelap dan mepet atau malah di atas trotoar, tapi saya foto, hasilnya kurang jelas.Â
Berhenti di penjual dimsum, ternyata macamnya banyak. Bukan dimsum saja, malah ada topoki, dan makanan lain seperti otak-otak, dan yang dibentuk mirip sushi.Â
Saya agak galfok. Ini makanan korea atau Chinese food. Apa malah Jepang?Â
Daripada penasaran, saya beli saja. Ternyata harganya tidak murah. Jajanan sekecil itu harganya 5 ribu/biji. Ada juga yang 4 ribu, 3 ribu, 2 ribu dan seribu. Tinggal pilih.Â
Sayapun memilih beberapa, ternyata habis 30 ribu. Ya sudah, meski mahal gapapa. Pengin tahu rasanya saja.Â
Jalan-jalan berlanjut. Suami saya tertarik pada cara bikang. Ternyata kue tradisional ini enak dimakan hangat-hangat. Harganya cukup murah, 5 ribu dapat 3 biji. Yang jual para amoy, hihihi..Â