Berlibur dengan anak? Haruskah berlibur ke tempat jauh? Ada alasan khusus?Â
Berlibur dengan anak ke tempat yang jauh memang membutuhkan trik tertentu. Tapi saat bisa bebas memilih, berlibur dengan anak sebaiknya dimulai dari tempat terdekat. Ini sebenarnya juga salah satu tips untuk berlibur nyaman dan tidak terlalu ribet saat mengajak buah hati berlibur.Â
Ada hal yang harus dipertimbangkan saat mengajak anak berlibur.Â
1. Tujuan
Apa tujuan berlibur bersama anak. Ini bisa menjadi salah satu pertimbangan saat  mengajak anak berlibur.Â
Jika tidak ada alasan yang lebih penting, misalnya berkunjung ke tempat orang tua atau saudara yang punya hajad atau lama tak bertemu, memilih tempatberlibur dengan anak dengan lokasi terdekat adalah pilihan bijak.Â
2. Memperkenalkan anak pada lingkungan.Â
Di era digital ini, semua informasi dapat diakses lewat gawai dan berselancar di internet. Terkadang hal ini membuat buah hati kita lebih mengenal tempat yang jauh daripada tempat di sekitar. Bisa saja terhubung dengan sahabat di seluruh nusantara, tapi tetangga dekat tidak dikenal.Â
Mengatasi fenomena ini, sebaiknya, sebelum buah hati kita mengenal tempat yang jauh, lebih baik diperkenalkan dulu dengan tempat-tempat di sekitar kita, termasuk tempat wisata. Sehingga akan memberikan pengalaman berharga saat dewasa.Â
3. Mendukung keberhasilan UMKM dan memajukan UMKM di dekat daerah tempat tinggal, sehingga bisa bangkit lebih cepat, dan pulih lebih kuat.Â
4. Memilih tempat sedekat mungkin, sehingga lebih menghemat waktu, tenaga dan biaya, juga tidak ribet mempersiapkan keperluan si kecil seperti baju ganti dan makanan serta jajanan yang disukai.Â
5. Memberikan kondisi senyaman mungkin, sehingga si kecil bisa berlama-lama di tempat wisata tanpa harus menghabiskan waktu di perjalanan karena dekatnya lokasi wisata.Â
Di dekat tempat tinggal saya, ada beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi dan ramah anak. Salah satunya taman Poyo, yang lokasinya hanya sekitar 2-3 km dari tempat tinggal saya.Â
Berbelok ke arah kanan dari Selatan, saya menuju Desa Banaran, kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun.Â
Pandangan mata dimanjakan oleh hijaunya persawahan dengan payung warna warni yang merupakan tempat para pelaku UMKM menggelar dagangannya di lapak-lapak yang disediakan dengan membayar retribusi perhari.Â
Mendekati lokasi wisata, terlihat 3 buah odong-odong yang parkir di tepi sawah. Kereta kelinci ini disewa oleh beberapa sekolah TK atau mungkin para warga RT yang ingin berwisata ke Taman Poyo.Â
Sejujurnya, meski dekat, saya baru kali ini berkunjung ke sini. Tapi setelah melihat banyaknya kereta kelinci parkir, saya jadi yakin kalau tidak salah mengambil rute.Â
Hanya beberapa ratus meter, beberapa lelaki memegang bendera mengarahkan pengunjung ke tempat parkir, tak terkecuali saya.Â
Tidak ada pintu gerbang, setelah parkir langsung memasuki lokasi, sebab tidak ada tiket masuk. Hanya perlu membayar parkir 2 ribu rupiah.Â
Masuk lokasi ada penjual sawo yang sedang dikerubuti emak-emak. Hahai... Itu salah satu buah kesukaan saya. Tapi seperti nya mereka berebut. Kalau soal rebutan, saya pilih mengalah. Hehehe..Â
Di sebelahnya banyak Ibu-ibu yang menunggui buah hatinya mewarnai.Â
Tempat ini memang ramah anak, bahkan disediakan untuk anak.Â
Di dekatnya lagi, istana karet yang ditiup dan seperti balon raksasa berbentuk istana diserbu anak-anak. Banyak mainan di dalamnya.Â
Penjual kulinerpun banyak, dari bakso, soto, tahu tepo, nasi pecel, sate tahu, pentol, sate sosis, gorengan, aneka kerupuk, dan banyak sekali jika ingin memanjakan lidah dengan harga murah meriah.Â
Setelah asyik mengamati suasana, saya berniat berwisata kuliner.Â
Menyeberang jembatan dari anyaman bambu, ternyata ada kolam renang untuk anak-anak dengan tarif 5 ribu rupiah sepuasnya.Â
Di samping kolam renang terdapat sawah yang tetap dijaga kelestariannya. Mantap.Â
Melangkah sejenak, ada warung pecel dan soto. Seperti nya saya masih kenyang, jadi lewat saja meski ikut melirik-lirik menghidu aroma soto ayam kampung. Eh..Â
Lanjut ada becak langit dan sepeda langit yang melintas di atas sawah. Banyak anak yang suka naik wahana ini, tapi lebih memilih naik becak langit berbentuk kubus, daripada sepeda langit.Â
Sepertinya naik sepeda langit agak mengkhawatirkan bagi anak-anak. Jadi lebih banyak yang memilih becak langit.
 Kalau saya yang naik, lebih mengkhawatirkan tentunya, meski mungkin keselamatan sudah dipertimbangkan, hihihi...Â
Di jajaran kuliner, ada bakar-bakaran. Pentol(bakso) bakar, sosis bakar, Â dan corndog goreng. Jajanan anak-anak.Â
Saya melirik sate tahu yang dikerubuti Ibu-ibu. Ah, masih rame, batin saya.Â
Perjalanan lanjut ke rujak buah, tapi yang dijual t-shirts, hehehe. Ini lapaknya salah tempat seperti nya.Â
Ada juga persewaan sepeda teletubbies.Â
Ada penjual rujak petis. Nah, ini saja. Tapi dibungkus.Â
Di depannya ada tempat karaoke.Â
Sehabis membungkus rujak petis, saya kembali ke tempat penjual sate tahu. Godaannya membuat saya klepek-klepek. Aroma gurihnya bakso tahu yang yang dicelup bumbu kacang dan kecap yang mengaramel menguarkan aroma sate bakar yang susah ditolak.Â
"Bu, sate tahunya sepuluh tusuk, ya! " Pesanku pada penjual sate tahu.Â
"Anu, Bu! Sate tahunya habis! "
"0h, ya sudah." Jawab saya. Antara kecewa, sekaligus senang, dagangan sang ibu laris.Â
Di sebelahnya ada bakso Cak Met. Mungkin Cak Slamet. Orang jatim memang hemat. Pak Slamet dipanggil Pak Met. Pak Darmo dipanggil Pak Mo. Pak Yanto dipanggil Pak To. Hemat kan? Hehehe..Â
Baksonya ngantri juga. Saya melirik harganya. Lima ribu. Haiii.. Murah. Jadi penasaran. Makan di sini saja. Kl dibungkus keburu dingin.Â
Ternyata rasanya lumayan untuk 5 butir bakso sebesar bola bekel seharga 5 ribu.Â
Ada grenjel-grenjel rasa tulangnya sih, mungkin bakso ayam yang dicincang sama tulang-tulangnya terus digiling. Eh...Â
Mampir sejenak saat melihat hamparan durian.Â
"Berapa Mbak? " Tanya saya.Â
"Dua puluh lima ribu 2, Bu! "
Wuih, kok murah, batin saya. Baunya harum lagi. Penampakannya juga mulus.Â
Lanjut ada gorengan tahu isi. Cuma seribuan. Beli 4 dah.Â
Ternyata jual asinan buah juga. Murah juga tentunya. Cuma 6 ribu sebungkus. Coba di Bogor, bisa 5 kali lipat harganya. Beruntunglah di desa. Semua serba murah.Â
Ternyata asinan buah ini rekomended. Manis, tidak terlalu pedas karena menggunakan lombok besar, asamnyapun pas. Tidak menggunakan cuka, tapi perasan jeruk nipis. Top markotop pokoknya.Â
Tangan sudah penuh tas kresek dan durian.Â
Saatnya pulang. Eh... Di dekat parkiran ada aneka kerupuk serba 5 ribu perbungkus. Tergoda deh.Â
Beli krupuk rambak dan Krupuk ikan tenggiri.Â
Alhamdulillah, sudah puas menikmati wisata. Bukan nyobain wahana, tapi berwisata kuliner, hehehe..
Penjual sawo sudah leyeh-leyeh, keranjang sawonya sudah kosong diserbu Ibu-ibu.Â
Alhamdulillah deh, ikut senang, meski saya nggak kebagian.Â
Kapan-kapan bisa ke sini lagi, buat belanja murah meriah. Hahaiiiii....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H