Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ketika Gen X Mengulik Korean Street Food

13 Januari 2023   16:55 Diperbarui: 13 Januari 2023   17:18 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu antrean (dok IYeeS) 

"Ma'em apa Dek? Tanyaku pada Aurum,keponakan cewek. 

" Toppoki! "

"Apaan, Tuh? "

"Budhe mau? " Aku menggeleng cepat. Entahlah, mungkin aku generasi X yang bukan penggemar serba serbi Korea. 

"Korban budaya Korea, tuh! " Balas mamanya. 

Si keponakan hanya tertawa. Aku juga. Budaya dan pernak-pernik Korea memang banyak mewabah di Nusantara. Mungkin sudah jamannya. Generasi X seperti ku sampai generasi alpha seperti keponakan begitu menggandrungi budaya Korea. 

Itu mungkin obrolan beberapa minggu yang lalu di rumah almarhumah Ibu. Tapi sekarang minat saya pada makanan Korea kembali timbul saat mata saya menangkap sebuah promo Korean Street food  buy 1 get 1.

 Aih... Emak-emak bangetz. Pemburu promo, bahkan lebih tertarik promo daripada apa yang dipromosikan. Eh.. 

###

Siang ini, sesuai jam yang ditulis sebagai waktu promo, 11.30 wib, saya meluncur ke Dolopo. 

Tepatnya di depan, bahkan menyatu dengan agen bis dan jasa kurir paket yang berlokasi di seberang polsek Dolopo. 

Menunggu antrean (dok IYeeS) 
Menunggu antrean (dok IYeeS) 

Sampai di sana sudah ramai. Sambil menunggu antrian, saya mencoba mengamati dan memfoto. 

Sambil memfoto antrean, saya berusaha mengintip, makanan Korea apa yang dijual. 

Masisseo?

 Literasi saya tentang Korea sungguh payah. Sejenak saya berselancar mencari arti kata masisseo. Ternyata artinya enak, lezat, delicious. 

Jadi masisseo nama lapaknya, bukan nama makanan yang dijual, hihihi... 

Mbak Maya, owner
Mbak Maya, owner "Masisseo Korean Street food" (Dok IYeeS) 

Akhirnya saya bergabung dalam antrean di depan lapak, dan mengamati makanan yang dijual. Tapi tetap saja tidak saya temukan nama makanan yang dijual. 

Variannya hanya menyebutkan jenis sausnya, bukan nama makanannya. Di situ tertulis :

1. Bolognaise, tidak pedas. 

2. Blackpepper, pedas sedang

3. Pedas Korea, pedas santuy

4. Taichan, pedas ndower

5.Samyang, pedas gila

  Akhirnya saya berselancar mencari nama makanan yang paling mirip di Mbah google, dan ketemu, ternyata namanya Tteokbokki. 

Tteokbokki adalah camilan yang terbuat dari tepung beras yang diolah dengan tekstur kenyal, kemudian dimasak bersama saus gochujang yang gurih dan pedas. Ini termasuk sajian street food yang sangat populer di Korea

Di sini,Tteokbokkinya terdiri dari,dampling ayam/keju, bakso ikan, bakso udang, toppoki,sosis salju otak, dan koin star. 

Giliran saya dilayani. Saya memilih Tteokbokki saus Korea pedas santuy dan saus bolognaise. Yang satu tidak pedas, satunya pedas tapi soft. Jadi ketahuan kalau saya sukanya yang tidak terlalu pedas. 

Tteokbokki saus Korea pedas dan saus bolognaise (dok IYeeS) 
Tteokbokki saus Korea pedas dan saus bolognaise (dok IYeeS) 

Awalnya, saya mau langsung pergi untuk mendatangi penjual durian yang juga memasarkan produknya lewat fesbuk. Tapi ketika melihat pembeli mulai berkurang, saya mendekati penjualnya yang cantik-cantik. 

Sebentar lagi waktunya shalat jumat, jadi pembeli sudah banyak yang bergegas ke masjid untuk menunaikan shalat jumat. 

"Mbak, boleh nanya-nanya? "Tanya saya pada 2 perempuan yang asyik melayani pembeli di event promo 1st anniversary masisseo Korean Street food dengan buy 1 get 1, beli 1 dapat 2.

 Dengan harga normal 10 ribu rupiah, dapat 2 porsi dalam mangkok dan gelas plastik. 

" Boleh, Bu. Silakan! "

" Sudah lama jualan makanan korea Mbak? "

"Persis 1 tahun, Bu. Kan anniversary, "

"Eh, iya! " Saya ketawa. Jelas-jelas first anniversary, ya pasti sudah setahun lah... Kenapa saya jadi begitu lemot ya? 

"Di hari biasa tanpa promo biasanya juga laris Mbak? "

"Alhamdulillah, tetap laris, Bu! "

"Syukurlah! "

"Kalau boleh tahu, namanya? "

"Maya! "

"Kalau mbak yang satunya? "

"Iya, itu yang satunya Mbak Maya, kalau saya Sinta. "

"Oh, tadi yang disebutkan namanya Mbak yang satunya?" Saya tersenyum. 

Kemudian mbak Maya mendekat, sehingga ngobrolnya lebih jelas. Meski PPKM sudah dicabut, saya masih bermasker karena kadang-kadang masih batuk. Bersyukur pelaku UMKM sudah lebih bebas berjualan di awal tahun 2023 ini. 

"Kenapa kok memilih Makanan Korea untuk dijual, Mbak? "

" Karena saya sangat suka makanan korea," Jawab Mbak Maya. 

"Terus ilmu memasak hidangan Korea ini didapat dari semacam training, atau belajar sendiri? "

"Saya belajar sendiri. Saya suka coba-coba. Kalau bumbu asli Korea, kurang cocok untuk lidah Indonesia. Jadi saya sesuaikan dengan lidah Indonesia. 

Pernah saya mencoba membuat bumbu, tapi rasanya kurang pas. Terasa aneh di lidah. Jadi saya buang. 

Terus saya mencoba lagi dan lagi, sampai sekarang sudah mulai ketemu bumbu yang cocok. Ini setiap varian rasanya berbeda semua, "

"Tadinya saya kira semua rasanya sama, cuma level pedasnya yang beda, "

"Tidak, Bu. Semua mempunyai rasa Sendiri-sendiri." Pokoknya semua berbeda, tapi saya sesuaikan lidah orang Indonesia dengan Bumbu-bumbu Nusantara, "

"Terus, bumbu Korea apa yang membuat masakan ini terasa koreanya, Mbak? 

" Gochugaru, Bu! "

"Gochugaru itu cabe bubuk kering, dari Korea, Bu. Itu yang membuat masakan ini kental aroma koreanya, "

Owh.. Begitu? Saya Manggut-manggut. Maklum, saya generasi X yang kudet tentang serba serbi Korea, hihihi.. 

FYI, Gochugaru merupakan serbuk atau serpihan cabai kering sedangkan gochujang berupa pasta cabai yang kental.

 Gochugaru lebih menyerupai serpihan cabai yang digunakan dalam masakan Italia, sedangkan gochujang merupakan pasta kental yang kaku, tidak secair saus.

Berbeda dengan bubuk cabai pada umumnya, gochugaru memiliki aroma smoky yang khas. Berwarna merah terang, bubuk cabai ini terbuat dari cabai merah Korea yang dikeringkan kemudian digiling kasar. Dari segi tekstur, bubuk halus disertai dengan serpihan biji cabai.

"Terus, masakan ini apa memakai bumbu pokok rempah-rempah, seperti mrica. Atau jahe mungkin? 

" Tidak. Pokoknya yang utama, bawang putih dan sedikit bawang merah. Tapi di sini saya memakai bawang putih segar, jadi aromanya lebih kuat, "

"Oke, terimakasih sekali Mbak Maya sudah bersedia menjawab pertanyaan saya. Mohon maaf kalau ngrusuhi, "

"Tidak apa-apa, Bu. 

Mbak Maya, owner
Mbak Maya, owner "Masisseo Korean Street food" (Dok IYeeS) 

"Kalau memfoto Mbak Maya, boleh? "

"Boleh, Bu. Di depan lapak saja ya? "

"Ya, Mbak. Monggo! "

Saya pun memfoto Mbak Maya, berterima kasih dan mohon pamit. Dapat harga promo, dan tambah pengetahuan tentang Korean Street Food. Tinggal mencicipinya  di rumah nanti. 

###

"Mas, ini."

"Apa? "

" Cicipin saja. Mau nggak? "

"Nanti Habis jumatan.! "

Suamiku memang sudah siap ke masjid. Okelah kalau begitu! "

###

Tteokbokki saus bolognaise (dok IYeeS) 
Tteokbokki saus bolognaise (dok IYeeS) 
"Pilih yang pedas apa nggak? "

"Yang nggak pedas! "

"Nih," 

Kuulurkan yang saus bolognaise, yang memang tidak pedas. "

" Enak nggak? "

"Enak! Tapi nggak ada udangnya kan? "

"Nggak tahu! "

"Dekkkk!!! "

" Aku memang nggak tahu, nanti kalau terasa nggak enak, kasihkan aku saja, " Kataku memberi solusi. 

Suamiku memang (sok) alergi udang. Psikis sepertinya. Kalau nggak tahu ada udangnya, ya enak saja makannya, hihihi.. 

"Ini nggak mau, terasa seperti ada ikannya, "

"Lha memang bakso ikan! "

Tteokbokki saus Korea, pedas santuy(dok IYeeS) 
Tteokbokki saus Korea, pedas santuy(dok IYeeS) 
 

Suamiku memang trauma dengan masakan olahan ikan. Karena pernah beli, mungkin sudah tidak segar, dan baunya khas menyengat, jadi mual-mual. Padahal yang ini sepertinya masih fresh. Jadinya enak, dan tidak bau ikan busuk. Kalau aku sih, Yes! Enaklah!!! 

Suamiku mengalihkan Tteokbokki berbentuk bulat kepadaku. Yowes kumakan saja. Wong semua enak. Rasanya kenyal seperti bakso, tapi kenyalnya karena tepung beras, bukan karena pengenyal. 

Sausnya juga pas manis asam asin gurihnya. Benar kata Mbak Maya, sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. 

Ada yang berbentuk udang, otak-otak, bakso udang, toppoki yang bentuknya kaya sumsum, rasanyapun seperti sumsum, tapi lebih kenyal dan terasa. Kalau sumsum dimakan lgs lumer, karena berupa gajih. 

Ternyata makanan Korea itu enak, semoga tidak ketagihan. 

Benar kata Mas Budi Susilo dalam artikelnya tentang rokok. Menolak tawaran rokok karena takut ketagihan. 

Jadi jangan coba-coba mencicipi makan Korea, bisa-bisa ketagihan juga, hehehe... 

Terima kasih pada Mbak Maya dan Mbak Sinta, Massiseo Korean Street food Dolopo yang bersedia melayani pertanyaan saya. 

Semoga menambah wawasan dan pengetahuan tentang makanan Korea. 

Salam... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun