"Lopis, Bu...! " Suara penjual lopis dan cenil yang menjajakan dagangannya di jalan depan rumah membuatku menghentikan aktivitas menyapu halaman.Â
Hampir setiap hari Ibu ini lewat menjajakan cenil. Tapi biasanya di rumah ibu selalu berlimpah makanan, sehingga berkali-kali aku mengurungkan niat membeli lopis dan cenil.Â
Biasanya juga sudah kenyang, padahal lopis dan cenil termasuk makanan berat.Â
Lopis yang terbuat dari beras ketan, dan cenil yang terbuat dari tepung kanji, kemudian disiram kuah gula merah, atau juruh dan ditaburi parutan kelapa itu sudah pasti mengenyangkan.Â
Sejenak aku ragu, tapi Bu Peni sabar menunggu.Â
Akhirnya kuputuskan untuk membeli. Hasrat untuk mencicipi lopis membara, butuh dituruti, hehehe...Â
"Nggih, Bu. Sebentar ambil uang.! "
"Nggih, Bu! " Bu Peni duduk di lantai depan rumah.Â
"Sini lho, Bu! Duduk di kursi! " Kataku mengajak Bu Peni duduk di kursi teras.Â
" Sudah, di sini saja, " Katanya.Â