Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Soto Kudus dan Kenangan di Pojok Mickey Mouse

13 Desember 2022   11:40 Diperbarui: 13 Desember 2022   20:48 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soto Kudus dan sop buah (dokpri) 

Minggu siang yang panas. Saatnya kembali ke rumah setelah sejak pagi kami keliling kota dan dolan ke kota sebelah. 

"Makan siang di mana Dek?"Tanya suamiku. 

" Sebentar, takpikir dulu, " Jawabku sambil pura-pura mikir. Tadinya sih pengin ngajak beli sate gule ke Dungus,sebab suamiku menderita darah rendah, tapi tampaknya suamiku sudah capek menyetir. Lagian ini sudah di jalur Ponorogo-Madiun. Kasihan kalau harus berbalik. 

Baca juga: Soto Tak Biasa

"Aku kok tiba-tiba pengin Soto Kudus. Masih ada kan? "

"Masih! " Jawab suamiku. 

"Ya sudah, aku juga pengin yang seger-seger! "

Restoran Soto Kudus yang didominasi furnitur dan pernak pernik jati (dokpri) 
Restoran Soto Kudus yang didominasi furnitur dan pernak pernik jati (dokpri) 

Berkendara tak lama, kami sudah sampai lokasi tujuan. 

Warung Soto Kudus ini letaknya memang di Geger, Madiun Selatan. Di pinggir jalan Ponorogo-Madiun. Tak heran dinamai Soto Kudus Mbah Geger. 

Daftar menu di Soto Kudus Mbah Geger (dokpri) 
Daftar menu di Soto Kudus Mbah Geger (dokpri) 

"Pilih menu apa, Dek? " Tanya suamiku. 

"Ya sotolah, masa' ke warung soto, belinya ayam bakar! "

"Tapi ada menu ayam bakar juga, lho! "

"Nggak ah, Soto saja. Soto ayam. Minumnya sop buah! " Jawabku. Biar kenyang sekalian, hihihi. 

"Soto daging juga ada! "

"Daging kerbau?"

"Bukan, daging sapi! "

"Bukan Soto Kudus dong, kalau gitu! "

"Kan sudah diadaptasi. Lagian kan ini di Madiun, bukan di Kudus! "

"Ya sudah, suka-sukalah! "

Berbicara Soto Kudus yang asli di tempatnya, memang biasanya menggunakan daging kerbau. 

Ini tidak terlepas dari peran Sang Jafar Shaddiq yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus, melarang penyembelihan sapi. 

Pada saat itu, penduduk Kudus rata-rata masih menganut ajaran Hindu dan Budha. 

Sunan Kudus mengajarkan agama Islam secara damai dengan tetap menghargai kepercayaan masyarakat setempat. 

Bagi pemeluk Hindu, sapi merupakan hewan suci. Karena itulah, untuk menghargainya, Sunan Kudus melarang penyembelihan sapi dan menggantinya dengan daging kerbau. 

Bahkan dalam bidang arsitektur, Sunan Kudus juga membangun menara Kudus yang unik dengan menggunakan arsitektur bernafaskan bangunan pemeluk agama sebelumnya. 

Menara Kudus berbentuk candi (sumber : Shutterstock. com) 
Menara Kudus berbentuk candi (sumber : Shutterstock. com) 

"Bapak minumnya apa? Tanya Mbaknya yang melayani sambil mencatat pesanan. Membuatku terjaga dari lamunan. 

" Jus alpukat! " Kata suamiku. 

"Jusnya kosong semua, Pak. Adanya hanya jus jambu! "

"Ya sudah, jus jambu saja! "

"Baik, 2 Soto ayam, 1 jus jambu, dan 1 sop buah. Ada yang mau ditambahkan, Pak? Bu? "

"Tambah satu porsi tahu petis! " Jawab suamiku. 

Seporsi tahu petis. Sambal petisnya enak (dokpri) 
Seporsi tahu petis. Sambal petisnya enak (dokpri) 

"Mohon ditunggu ya, pesanan segera kami siapkan! "

"Oke! "

Mengingat Soto Kudus membuatku tenggelam dalam kenangan masa abege yang manis dan penuh warna. 

Di sudut Kota Purworejo, ada sebuah depot Soto Kudus yang enak, dan terjangkau kantong anak sekolah. 

Letaknya di pojok, seberang perempatan Mickey Mouse. Tapi entah, sekarang sepertinya sudah tidak ada. Atau justru sudah berubah menjadi restoran besar. 

Seiring perkembangan jaman, selerapun berubah dengan banyaknya kuliner yang ditawarkan. 

Soto Kudus ayam kampung saat itu terasa lezat tiada banding, dengan tauge panjang segar, suwiran daging ayam, soun, bawang goreng dan sledri. 

Kuahnya bening dengan aroma rempah yang samar. 

Biasanya, Si Om pemilik depot sendiri yang melayani dan menyiapkan pesanan pembeli. Beliau sudah berumur sekitar 60 tahun lebih, dan keturunan Thionghoa. 

Sambil melayani, biasanya juga menghidangkan sepiring jajanan beraneka ragam. 

Tapi bagi kantong anak sekolah saat itu, jajanan yang ditawarkan termasuk mewah dan mahal. 

Dalam satu piring ada sate telur puyuh bacem, tahu kuning isi daging, kue lompong(kue khas Purworejo yang mirip kue Bugis, tapi dibungkus memakai klaras, daun pisang kering), dan perkedel tahu isi telur puyuh. 

Biasanya jajanan itu tidak kami sentuh. Meski sesekali pernah mencoba. Lezat pastinya, cuma isi kantong tak bersahabat. 

Ternyata di Warung Soto Kudus yang sedang saya tongkrongin ini juga menyediakan lauk pelengkap. 

Pelengkap Soto yang disediakan terpisah. Boleh dibeli, boleh tidak (dokpri) 
Pelengkap Soto yang disediakan terpisah. Boleh dibeli, boleh tidak (dokpri) 

Pelengkap Soto yang disediakan terpisah ini, terdiri dari sate Babat, sate telur puyuh, tahu bacem, tempe bacem,perkedel kentang dan tahu goreng. 

Suamiku memilih sate Babat, tapi aku memilih kerupuk. Sepertinya suwiran ayamnya sudah banyak dan cukup sebagai lauk, jadi lebih enak ditemani krupuk daripada lauk lain. 

Kembali ke masa abege saat itu, aku ingat sedang berulang tahun. Seperti biasanya, kita satu genk makan bersama dengan ditraktir yang berulang tahun. Kebetulan aku yang berulang tahun, jadi aku yang mentraktir. 

"Ke Bakso sipoet saja, habis itu baru ke WMP! " Kata salah satu teman terbaikku. 

"Oke! " Kataku sambil menghitung uang di kantong. Cukup nggak ya? 

WMP adalah depot tempat penjual Soto kudus. Kami menyebutnya WMP. Bukan warung makan pojok, tapi warung makan pedan(y). Pedan itu artinya enak dalam bahasa slank yogyakarta yang saat itu viral banget di antara kami. 

Selesai ngebakso, sebenarnya kami lumayan kenyang, tapi entah saat itu sepertinya perut kami masih punya tempat untuk semangkok Soto. Maklum sedang dalam masa pertumbuhan. Eh.. 

"Ayo! " Kami berbondong ke WMP yang jaraknya bisa dicapai dengan jalan kaki dari warung bakso. 

Sampai di depan WMP, kebetulan jalan raya di depannya banyak angkutan umum lewat yang kami sebut kopada. 

Salah satunya menuju ke arah rumahku. 

Kami berebutan masuk ke depot. Tiba-tiba mataku melirik kopada yang hampir berangkat. Kubergerak cepat masuk kopada yang segera melaju kencang. 

"Haiiii...! " Teman-teman ku berlarian keluar dari depot sebelum sempat memesan Soto sambil mengacungkan kepalan ke arahku. 

Tapi aku hanya tertawa melambai ke arah mereka sambil kissbye. Hahaha.. Kebandelan masa remaja yang tak terlupa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun