Sudah sewajarnya kita menghargai jasa para guru.Â
Menjadi guru tidaklah mudah. Banyak guru yang rela berkorban demi kepentingan anak didiknya karena panggilan jiwa.Â
Bahkan ada guru honorer yang hanya diberi honor beberapa ratus ribu rupiah/bulan.
Saya lahir dari keluarga guru. Bapak dan ibu keduanya guru. Bahkan bapak dan ibu biasa dipanggil Dhe(budhe/pakdhe) guru,juga Mbah guru.Â
Kebetulan suami saya juga guru. Sebenarnya saya juga hampir menjadi guru, karena saya juga mempunyai sertifikat akta mengajar. Tapi sayangnya tidak ada sekolah yang mau menerima saya sebagai guru. Eh...Â
"Dek, PAK IV/d ku sudah turun! " Suamiku kembali mengirim pesan WA.Â
"Alhamdulillah....! " Jawabku.Â
Ternyata kini urusan PAK bisa lancar dan cepat turun. PAK IV/d suamiku langsung turun sekali jalan.Â
Berbeda dengan saat mengurus kenaikan pangkat ke IV/c dulu. Lama dan terbelit-belit. Padahal saat itu suamiku juga mendapat rekomendasi LIPI atas karya inovasinya membuat alat peraga pembelajaran yang mendapat HAKI dari LIPI sekaligus rekomendasi untuk naik pangkat ke IV/c. Tapi ternyata semua rekomendasi itu diabaikan. Sehingga kenaikan pangkat ke IV/c tersendat-sendat, meski semua syarat sudah terpenuhi. Bahkan harus datang sendiri ke Jakarta, yang butuh waktu lebih dari 12 jam saat perjalanan.Â
Kini, pengurusan PAK lebih mudah dan ditangani para profesional yang mumpuni, jujur, dan berintegritas, sehingga cepat kelar dan PAK cepat keluar, selama persyaratan telah terpenuhi. Alhamdulillah....Â
Untuk naik pangkat ke IV/d, para guru memang dituntut untuk melakukan pengembangan profesi.Â