"Bu, nungguin siapa? "
Aku mengalihkan perhatian dari gawai, dan menatap perempuan yang terlihat sangat sedih. Kalau tidak salah sejak kemarin dia berada 2 baris dari tempat aku menunggu di ruang ICU.Â
"Nunggu ibu. Panjenengan? "
"Nungguin suamiku, " Jawab nya dengan berlinang air mata.Â
"Kenapa, Bu? " TanyakuÂ
"Stroke, tidak bisa bernafas. Bisa bernafas hanya karena dibantu alat pernafasan, jawabnya kembali menangis sedih.Â
" Didoakan saja, Bu. Semoga kondisinya membaik, " Jawabku sambil menatapnya sepenuh empati.Â
"Panjenengan kelahiran tahun berapa? "
Entah kenapa, Tiba-tiba dia menanyakan umur. Kusebutkan tahun kelahiranku, dan balik kutanya, ternyata kami sebaya.Â
Sebagai penduduk sekota dengan umur sebaya, banyak kemungkinan kita satu sekolah.Â
" Panjenengan dulu SMPnya di mana?" Tanyaku. Langsung SMP, sebab dia baru saja cerita tentang TK dan SDnya di kota. Tentulah kami tidak pernah satu sekolah.Â
"SMP 2, "jawabnya.
" SMP 2? " Tanyaku terbelalak. Kupandangi wajahnya, Samar-samar aku ingat. Saat SMP anaknya manis dengan rambut pendek. Cuma aku lupa namanya. Tapi kuingat dia selalu berada di kelas C.Â
Saat SMP, kelas B dan C memang kelas Istimewa, sehingga ada beberapa siswa yang tak pernah berpindah dari kedua kelas itu.Â
"Sepertinya kita dulu satu SMP, dan aku kenal panjenengan," Kataku.Â
"Mosok? " Dia mendekatiku dan memelukku sambil menangis. Kuelus-elus punggungnya. Tak lama dia sudah asyik bercerita dan sedikit tersamarkan akan kesedihannya.Â
Dia mungkin tidak kenal atau tidak ingat aku, tapi aku ingat betul, dulu waktu SMP dia rambutnya pendek.Â
"Senang ketemu teman! " Sebenarnya dari kemarin aku pengin ngobrol, tapi panjenengan asyik main HP. Lihat apa sih? Drakor? Gosip? "
Aku hanya tersenyum. Saat tak ada yang harus dikerjakan, memang kuisi dengan menulis. Meski sepele, butuh fokus dan konsentrasi untuk menyusun artikel, mungkin hal itu pula yang membuatku seperti orang autis, asyik dengan gawai dan seolah tidak peduli sekitar.Â
Bertemu teman sebaya yang masih cantik dan awet muda, berasa masih seperti dulu. Eh...Â
Meski sama-sama stroke, ternyata kondisi suaminya dan ibuku berbeda.Â
Sejenak membuatku ingin tahu lebih banyak tentang stroke.Â
Stroke adalah kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu.Â
Pasokan darah bisa terganggu karena :
1. Penyumbatan (stroke iskemik)Â
2. Pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).Â
Kondisi ini menyebabkan area tertentu pada otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kematian sel-sel otak.
Gejala stroke umumnya terjadi di bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak. Gejala yang dialami penderita stroke bisa meliputi:
- Lemah pada otot-otot wajah yang membuat satu sisi wajah turun
- Kesulitan mengangkat kedua lengan akibat lemas atau mati rasa
- Kesulitan berbicara
- Disartria
- Kesemutan
- Kesulitan mengenal wajah (prosopagnosia).Â
Mungkin suami temanku mengalami semua gejala itu. Sedang ibuku hanya kesulitan mengenali orang, tetapi semuanya masih normal.Â
Karena didiagnosa stroke, ibuku sempat disarankan dokter untuk menjalani program home Care.Â
Kami juga disuruh membeli kasur tiup cubitus, dan sudah kami belikan.Â
Tapi ternyata dokternya salah mengira. Tanpa melihat kondisi ibu yang duduk pun bisa, langsung di anggap sudah mati rasa. Kecerobohan yang patut disayangkan.Â
Dokter hanya memeriksa dari jauh, sehingga menyamaratakan kondisi pasien. Padahal kondisi ibu tidak sama dengan kondisi penderita stroke pada umumnya.Â
Terlepas dari semua itu, kini kondisi ibu terus membaik, tentunya juga atas prakarsa para dokter dan nakes.Â
Penyempitan atau pecahnya pembuluh darah pada penderita stroke tersebut dapat terjadi akibat beberapa faktor, antara lain :
1. Tekanan darah tinggi
2.Penggunaan obat pengencer darah.Â
3. Aneurisma otak
4. Trauma otak.
Berikut ini adalah beberapa hal untuk pencegahan stroke:
1. Menjaga tekanan darah agar tetap normal.Â
2. Tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol
3. Menjaga berat badan ideal
4. Berolahraga secara rutin
5. Menjalani pemeriksaan rutin untuk kondisi medis yang diderita, misalnya diabetes dan hipertensi.Â
Terima kasih.Â
Semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H