Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kami Tak Pernah Tua

20 November 2022   14:07 Diperbarui: 20 November 2022   14:14 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pixabay. com

Kuangkat termos, ternyata enteng. Airnya hampir habis. 

"Beli di kantin saja, dekat! " Kata kakakku. 

"Ya, " Jawabku sambil meraih termos air panas dan bergegas. 

Suasana Rumah sakit sepi di malam seperti ini, apalagi di luar hujan. 

Kususuri lorong panjang rumah sakit yang begitu panjang dan luas. 

Untung ada kantin di dalam, kalau beli di luar pasti harus berdebat dengan satpam penjaga. 

Seperti kemarin, saat aku berdua adikku membawa termos dan makanan, hanya salah satu yang boleh masuk. 

"Maaf ya, ini bukan pasar. Tidak ada tawar menawar. Kalau mau, masuk salah satu, kalau tidak mau, silahkan keluar dua-duanya  katanya judes dan sadis. Apa disiplin? Suka-suka Elo menyebutnya, lah... 

Akhirnya adikku kusuruh masuk, dan aku duduk di kursi dekat satpam. 

Biarlah aku tidur di sini. Lumayan. Kapan lagi bisa tidur dikawal satpam. 

"Hihihi... !"Suara ketawa riuh dan keras mengagetkanku yang lagi terkantuk-kantuk di kursi. 

Ternyata satpamnya sepertinya sedang buka youtube, pesta tuyul mungkin. 

Ah, kulanjutkan tidurku. EGP! 

Tak lama adikku datang. 

" Aku tidur di sini juga, ah. Aman, ditungguin Pak satpam, " Kata adikku nggak kalah gila dengan kakaknya. 

"WA kakak biar diambilin bantal, " Kataku pada adikku. 

"Belum sempat WA, ternyata kakak laki-laki ku menghampiri. 

" Sudah, masuk sana! " Katanya menyuruh adik-adik perempuannya yang gokil. 

"Pak, ini tinggal berdua. Bolehkan, kami masuk! " Kataku. 

" Kalau mau nungguin, boleh! Kalau bezoek nggak boleh! " Suaranya ditegas-tegasin. 

Kami berdua langsung ngacir, hehehe... 

Ternyata kantin di dekat kamar rumah sakit tutup. 

Aku terus melangkah. Agak bingung, sepertinya semuanya sama. Aku hanya berpedoman pada penunjuk arah dan tulisan yang ada. 

Saat tulisan tak ada, aku harus mengambil keputusan sendiri, arah mana yang harus kuambil. 

Suasana sepi, dingin, dan di luar hujan. 

Tiba-tiba di depanku  ada kafe. 

Mungkin ini kafe yang dibilang kakakku. 

Di dalam kafe cukup rame. Tidak ada yang bermasker. Hanya aku sendiri. Pengunjungnyapun acuh. Tapi semua nya cantik, ganteng dan masih muda. 

Ya, betul. Semua awet muda sepertinya, meski terlihat pucat, tapi kulitnya mulus. 

Seolah awet muda selamanya. 

Samar-samar seperti terdengar bisikan lirih " Kami tak pernah tua, "

Tapi kucari-cari, tidak ada seorangpun yang mengajakku berbicara. 

Sejenak bulu kudukku meremang. 

Aku segera menuju tempat pelayanan cafe, dan menyodorkan termos kosongku. 

"Air panas, satu termos penuh, Bu. !" Kataku pada ibu penjaga kafe. 

Si ibu diam saja. 

Aku celingukan. Sepertinya sekalian beli makan dan gorengan lebih bijak, biar tidak berkali-kali keluar. 

Tapi tiba-tiba ada yang aneh, tidak kutemukan gorengan, tidak ada apa-apa di meja. Bahkan tidak ada kursi. 

Semua duduk melayang, tidak ada kursinya. 

Sumber : fimela. com
Sumber : fimela. com

Dan Ibu penjaga kantin juga wajahnya berubah seperti di film-film horor. 

Kuraih termos dan berlari, tapi kakiku tak mau bergerak. 

"Mau kemana, Bu? "

Aku menjerit, tapi satpam itu menatapku aneh. 

"Kenapa masuk ke kamar jenazah? " Tanyanya. 

Aku terbelalak.... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun