Ternyata kantin di dekat kamar rumah sakit tutup.Â
Aku terus melangkah. Agak bingung, sepertinya semuanya sama. Aku hanya berpedoman pada penunjuk arah dan tulisan yang ada.Â
Saat tulisan tak ada, aku harus mengambil keputusan sendiri, arah mana yang harus kuambil.Â
Suasana sepi, dingin, dan di luar hujan.Â
Tiba-tiba di depanku  ada kafe.Â
Mungkin ini kafe yang dibilang kakakku.Â
Di dalam kafe cukup rame. Tidak ada yang bermasker. Hanya aku sendiri. Pengunjungnyapun acuh. Tapi semua nya cantik, ganteng dan masih muda.Â
Ya, betul. Semua awet muda sepertinya, meski terlihat pucat, tapi kulitnya mulus.Â
Seolah awet muda selamanya.Â
Samar-samar seperti terdengar bisikan lirih " Kami tak pernah tua, "
Tapi kucari-cari, tidak ada seorangpun yang mengajakku berbicara.Â