"Wa'alaikumsalam warohmatulloh..! "
Kami pulang dengan gembira membawa oleh-oleh dari Wo Siti.Â
Cerita itu sudah hampir 40 tahun yang lalu.Â
Kini mungkin sudah jarang orang yang mau membuat sengkulun. Mungkin penikmatnya sudah jarang.Â
Kebetulan tadi aku menemukan kue sengkulun di pasar tradisional. Tapi bentuknya tidak cantik, kurang rapih, tipis, dan rasanya seperti ada yang kurang. Tapi lumayanlah, bisa buat obat kepengin. Itupun tadi sudah habis, tinggal tersisa beberapa iris, yang langsung kuborong.Â
Tapi aku heran, sepertinya tadi kue sengkulunnya kutaruh di meja makan, kenapa lenyap?Â
Kucari di lemari persediaan makanan juga tidak ada.Â
Hemmm.. Di mana ya? Apakah aku sudah pikun? Jangan-jangan tertinggal di penjualnya, padahal tempatnya jauh di luar kota.Â
"Assalamu'alaikum..!"
"Wa'alaikumsalam salam.. "
"Bunda, haus..! " Kata si bungsu yang pulang bermain. Badannya bercucuran keringat.Â