Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

BBM Naik, Emak Sidak Harga Kebutuhan di Pasar dan Swalayan

8 September 2022   12:25 Diperbarui: 9 September 2022   05:24 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pasar Tradisional ( dokpri by IYeeS) 

Sudah sekitar 5 hari BBM naik. Demo menolak kenaikan harga BBM masih banyak terjadi. Yang tidak menolak juga banyak.  Tepatnya pasrah. 

Kalau boleh menolak, pastilah semua inginnya BBM nggak naik, malah turun. Kalau bisa gaji saja yang naik. Itu kalau yang punya gaji. Haa... 

Salah satu yang menjadi kekhawatiran tentunya kenaikan BBM akan memicu kenaikan harga barang dan kebutuhan lain.

 Tentunya akan memberatkan bagi rakyat. Atau lebih Ksatria kalau saya bilang memberatkan bagi saya selaku Ibu Rumah Tangga yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup berumah tangga, khususnya pengelolaan finansial. Halah.. 

Pagi ini saya mengawali sidak pribadi di swalayan dekat rumah. Melirik harga sembako lah.. 

Minyak goreng kemasan 2 liter, yang dulu promo ternyata masih ada dan masih tetap dengan harga promo. 

Yowes, sebagai emak-emak bijak, menghemat jatah uang belanja, beli ini saja. 

Untuk gula pasir, yang curah sama kemasan selisih sekitar 2.000-2500. Yowes, beli di grosir saja (njlimet deh jadi emak-emak. Tuh liat perjuangan emak-emak nyukup-nyukupin uang belanja suami. Jangan dikira emak-emak nggak pandai bersyukur yaaa.. 

Mie instan yang biasa, berkisar di angka 3 ribu. Beli 5 biji buat persediaan. Biasanya sih berbulan-bulan masih utuh, hihihi... 

Belanja lanjut ke pedagang telur pinggir jalan. Ini biasanya harganya agak miring. Kan nggak butuh sewa tempat, hehehe.. 

"Beli telur puyuhnya Bu. Seperempat saja. Berapa? "

"Delapan ribu! "

"Kok mahal ya Bu? 

" Sekarang apa-apa mahal. BBM naik! "

"Kalau telur ayamnya sekilo berapa? "

"Dua enam! "

"Setengah aja deh, Bu. Di rumah masih banyak. 

" Ya. Ini telur puyuhnya nggak kurang, cuma seperempat? "

"Nggak Bu. Lansia kaya saya nggak boleh makan telur puyuh banyak-banyak. Kolesterol. Paling itu nanti juga cuma buat campuran sayur, biar menarik. Kasih 5, atau berapa, bunyinya sudah lain. Tumis sayur telur puyuh, hihihi...! "

Harga telur di sini 26 ribu/kilo (dokpri by IYeeS) 
Harga telur di sini 26 ribu/kilo (dokpri by IYeeS) 

"Ini harga telur turun ya Bu? Dulu saya beli setengah 15 ribu. "

"Ooo.. Ini sudah naik lagi. Sebelum BBM naik sempat turun 24.500, terus 25.000, sekarang sudah naik jadi 26 ribu. Saya kulakan setiap hari, jadi paham harga telur, " Ini beli cabe rawit, setengah ons 3 ribu. Biasanya seribu boleh! " Si ibu memamerkan sebungkus kecil cabe rawit lalap. 

"Oh, gitu ya Bu? " Ya sudah, terimakasih. Monggo! " Saya melanjutkan belanja ke tempat lain. Dipesenin suami buat beli persediaan obat dan vitamin. Katanya vitamin E nya habis. Minta dibelikan. Biar awet muda, katanya. Haa.. Genit dah! 

Ke pasar dulu. Agak lega, ternyata harga tahu dan tempe normal. Ukuran juga tetap. Tahu 5 ribu masih tetap 3 biji. Dan tempe 1 papan masih 2 ribu. Hehehe.. 

Tahu tempe masih dalam harga normal (dokpri by IYeeS) 
Tahu tempe masih dalam harga normal (dokpri by IYeeS) 

Dari apotek ke grosir. Beli kebutuhan bulanan. Sepertinya harga-harga masih normal. Entah beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan ke depan. 

Harga beras sepertinya naik tipis-tipis. Biasanya sekitar 9 ribu sampai 9500 perkilo, sekarang 9750. Kalau di luar grosir mungkin sudah mencapai 10 ribu untuk beras kualitas sedang. 

Habis belanja dari grosir, jadi ingat kalau persediaan buah habis(masih, sih. Tapi tinggal sedikit. Anggap saja habis, hihihi..) 

"Jeruk sekilo berapa? "

"18 ribu, " Jawab asisten pemilik kios buah. 

"Yuh, mahal amat! " Kemarin cuma 16 ribu(Sebelumnya aku beli cuma 16 ribu per kilo. Padahal jeruknya jauh lebih bagus. Tapi bukan di kios ini, hihihi) 

" Sekarang apa-apa naik, " Jawabnya. Jawaban standar para pedagang kalau dibilang dagangannya mahal, "

"BBM naik karena....! "

Aku tersenyum. Perkataan asisten kios buah itu tidak saya teruskan. Khawatir membuat telinga merah orang-orang yang suka berdebat mengkultuskan seseorang. 

Sepertinya belanja saya sudah kelar. Cukup segini sidaknya. Saya tidak akan demo, sebab paling juga tidak ada yang dengar. 

Semoga semuanya tangguh menghadapi (katanya)gempuran krisis dunia. Dari perang sampai resesi ekonomi. 

Dari yang pesimis sampai optimis. Sepertinya lebih bijak untuk berhemat dan mengatur keuangan diri sendiri. Kalau perlu mengencangkan ikat pinggang biar celana nggak mlorot. Eh... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun