Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pesilat Berkebaya dan Lupa Jalan Pulang dalam Festival Manco

30 Agustus 2022   12:44 Diperbarui: 30 Agustus 2022   19:46 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunungan manco (dokpri by IYeeS) 

Minggu  28 Agustus 2022.....

Minggu pagi yang cerah. Mentari menyeringai dengan senyum lebarnya. Kupacu sepeda motor pelan. Bermaksud menonton festival manco di lapangan desa Tambak Mas. 

Beberapa ratus meter dari rumah sudah sampai lapangan yang begitu riuh dan padat. Sejenak ragu, apa di sini tempat nya? 

Tapi tadi suamiku bilang, kalau ketemu lapangan, belok kiri, terus sampai SMPN 1 Kebonsari, belok ke barat terus ikuti jalan. 

Sejenak tergoda untuk berhenti di sini saja, apalagi suara musik reog yang keras dan ceria mengundang untuk meliuk-liukkan tubuh bagai penari reog. Eh... 


Tapi ternyata acara pengundian kupon. Mungkin jalan santai atau sepeda santai. Tentunya acara ini hanya menarik untuk pemegang kupon, apalagi panas begitu terik. Akhirnya kuputuskan pada tujuan semula. Lanjut... 

Baca juga: Ketika Saya Kenthir

Gedung sekolah sudah kelihatan, sampai di belokan. Sejenak bingung. Ada 2 anak   kecil bersepeda di depanku. 

Aku sedikit berteriak dan menghentikan motorku di samping mereka, yang satu gugup hampir terjatuh. 

"Eh, maaf Dek. Tahu jalan ke Tambak Mas nggak, yang ada festival manco? "

"Tambak Mas? " Keduanya berpandangan dan bergantian memandangku. Mereka turun dari sepeda. Aku tersenyum, tapi tak kelihatan karena bermasker. 

"Mboten ngertos(tidak tahu) " Keduanya menggeleng serempak dan menjawab sopan. 

Hemmm.. Berarti masih jauh, batinku. 

Kuganti pertanyaanku. 

"Kalau SMP Kebonsari tahu, Dek? "

"Oh, nggih. Niku! (Oh ya, itu) " Salah satu anak menunjukkan sebuah gedung yang terlihat dari tempat aku berhenti. 

"Itu nanti depannya ada jalan besar Dek? "

"Nggih, wonten(ya, ada)! " Benar batinku. Berarti tidak salah jalan. 

"Terima kasih ya, Dek! "

"Sami-sami! "

Aku melanjutkan berjalanan. Ternyata masih jauh, sampai agak capek aku berkendara. Sesekali melirik warung bakso. Sudah terasa jauh, lewat sawah-sawah, perkampungan, sawah lagi, kok belum sampai juga? Khawatir nyasar, saya menghentikan motor di dekat seorang ibu yang sepertinya mencari rumput. 

"Bu, Tambak Mas masih jauh? "

"Mbak Mas?" 

Waduh, kok mbak mas. Kan artinya beda banget. Tambak Mas itu ya tambak  dan emas. Kalau mbak Mas kan kakak perempuan dan kakak laki-laki? 

"Ehm.. Lapangan tambak Mas, Bu. Yang ada festival manco, "

"Oalah... Itu lurussss terus. Nanti sampai jalan besar, pertigaan, belok kiri. Terusss... Kalau ada perempatan ke kiri lagi. Sudah tidak jauh. Kalau ada rame-rame, ya itu tempatnya. "

"Nggih, Bu. Maturnuwun! "

"Sama-sama, "

Akhirnya ketemu juga. Dari kejauhan sudah kelihatan ramai orang, mobil, motor dan sepeda yang terparkir bebas tanpa petugas. 

Kuparkir sepeda tepat di dekat pintu masuk. 

"Mbak, parkir di sini boleh? "Kubertanya pada seorang mamud yang bersama perempuan setengah baya yang menggendong anak kecil. 

" Mungkin boleh, saya di sini dari tadi tidak ada yang mengatur, kok! "

"Oh ya sudah, terimakasih. " (Ternyata memang bebas parkir, tapi terlihat rapi karena mengatur sepeda motor dan mobilnya sendiri-sendiri). 

Luar biasa, bisa diacungin jempol. Biasanya dalam acara seperti itu, tukang parkir dadakan pasti sudah heboh kasih retribusi.Apalagi ada ratusan kendaraan. Ternyata di sini gratis, bebas dan aman. 

Masuk lapangan tertulis festival manco dan para sponsor nya. 

Di depan pintu masuk (dokpri by IYeeS) 
Di depan pintu masuk (dokpri by IYeeS) 

Melewati pinggir lapangan, terdapat lapak UMKM dari beberapa desa. Balerejo, Palur, Tambak Mas dan Sidorejo. Dari Singgahan juga ada. 

Lapak-lapak UMKM (dokpri by IYeeS) 
Lapak-lapak UMKM (dokpri by IYeeS) 

Panas yang begitu terik membuat saya ragu untuk mengitari lapangan. Dari jauh panggung festival terlihat megah, dengan penyanyi yang mulai memperdengarkan suara merdunya. 

Panggung festival nan megah. Di depan panggung ini ritual festival manco digelar(dokpri by IYeeS) 
Panggung festival nan megah. Di depan panggung ini ritual festival manco digelar(dokpri by IYeeS) 

Ternyata acara ini juga dihadiri Pak Bupati dan rombongannya. 

Tapi kali ini tidak bisa bebas mengabadikan momen. Ketika saya mendekat dan tidak ada pengawal yang melarang, saya sempat mengintip dari balik kamera HP, meski yang kelihatan Bu Bupatinya saja saat mampir dan mencicipi di salah satu lapak UMKM. 

Tidak apa-apa, cukuplah bagi wartawan amatir, liputan citizen jurnalisme seperti saya, hihihi.. 

Mengintip rombongan Bupati, hihihi (dokpri by IYeeS) 
Mengintip rombongan Bupati, hihihi (dokpri by IYeeS) 

Setelah rombongan Pak Bupati selesai dan beranjak dari lapak UMKM menuju tempat duduk yang disediakan, saya gantian mengamati lapak UMKM. Sebagian besar menjual peyek, dan minuman tradisional kunir asem dan beras kencur. 

Tapi yang saya cari manco. Iyalah, festival manco, masak yang dicari peyek, hihihi.. 

Meski peyek sebenarnya juga salah satu jajanan kesukaan saya, tapi saya berharap bertemu dengan aneka manco dengan segala variasinya, bukan aneka peyek, hehehe.. 

Akhirnya ketemu. Yang menyediakan manco cuma lapak UMKM dari Tambak Mas. Lumayan, dapat manco beras, manco kacang dan sebotol beras kencur dengan harga 18 ribu. Murah meriah. 

Saya memutari lapangan yang sesak menuju gunungan manco. 

Alhamdulillah, tidak ada yang melarang, karena acara belum dimulai. 

Gunungan manco (dokpri by IYeeS) 
Gunungan manco (dokpri by IYeeS) 

Gunungan manco ini terdiri dari 454 bungkus kue manco yang menandai hari jadi kabupaten Madiun yang ke 454.

Semua manco terbungkus rapat dalam kemasan higienis  yang ditempel berbentuk gunungan. 

Tak lama acara dimulai. 

Penari, pesilat Berkebaya, berbaju daerah, berkostum penari dan kostum silat berjumlah 77 memasuki lapangan diiringi musik yang mengetuk jiwa, mengalirkan aura magis dan mistis, bergerak ritmis dalam koreografi yang cantik dan apik. 

Sayangnya kali ini saya tergusur ke belakang dan tidak bisa mengabadikan momen indah dan sakral ini. 

Para pesilat cilik membawa bendera dengan kostum daerah (dokpri by IYeeS) 
Para pesilat cilik membawa bendera dengan kostum daerah (dokpri by IYeeS) 

Lagu-lagu daerah daerah dan lagu perjuangan mengalun indah dan gagah, berpadu dengan gerakan silat yang dilakukan gemulai tapi penuh tenaga. 

Tak lela.. Lela.. Lela.. Ledung. Musik dan nyanyian mengiringi gerak para pesilat penari. 

Pulih lebih cepat... Bangkit lebih kuat. Suara lantang pembawa acara menembus langit. 

Tak lama kemudian, penari berkumpul dengan satu tangan menyilang di dada mengumandangkan "Padamu Negeri" dengan khidmat dan syahdu. 

Acara dilanjutkan pemotongan tumpeng dan mengusung gunungan manco ke depan panggung. 

Terakhir, gunungan manco diperebutkan. 

"Silakan, para pemuda, perjaka dan laki-laki, diperbolehkan mempereburkan manco. Untuk ibu-ibu, Anak-anak dan perempuan, dipersilakan minggir menjauhi gunungan. Pembawa acara memandu. 

Tak lama para pemuda memperebutkan manco, tapi tidak untuk diambil sendiri. 

Berbungkus-bungkus manco beterbangan dilempar ke arah pengunjung, menandai berakhirnya ritual festival manco. 

Saya bergegas pulang, tadi sudah dipesan suami jangan lama-lama perginya. 

Karena tergesa-gesa, saya salah jalan. Melewati jalan-jalan rusak dan persawahan. Akhirnya saya berbelok ke perkampungan. Malah salah masuk ke sebuah pondok yang sedang mengadakan acara wali santri. 

Karena salah masuk, tanya sekalian arah jalan pulang, hehehe.. 

Alhamdulillah, setelah berputar-putar sambil cengar-cengir sampai juga ke jalan yang saya kenali, dan sampai ke rumah, meski sempat lupa jalan pulang. Eh.. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun