Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mobil Baru atau Bekas, Tergantung Kebutuhan dan Dana Tersedia

8 Agustus 2022   12:51 Diperbarui: 8 Agustus 2022   18:01 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era sekarang ini, mobil sudah menjadi kebutuhan, bukan lagi barang mewah, kecuali mobil mewah, hehehe... 

Mungkin bagi sebagian orang, membeli mobil bukan hal istimewa dan berat. Semudah membeli kacang goreng, sebaliknya ada juga yang merasakan, membeli mobil itu berat, meski mungkin sangat membutuhkan. 

Bila dana kita cukup, membeli mobil baru tentu lebih menarik. Asal langkah-langkah perawatan rutin dilakukan, mobil baru relatif jarang rewel dan lebih awet. 

Meski begitu, membeli mobil baru tetap sejauh mungkin dipilih sesuai kebutuhan. Apakah sekedar dibutuhkan untuk mobilisasi jarak dekat, atau sengaja dibeli untuk mempermudah transportasi jarak jauh. Apakah dipakai sendiri untuk menuju  ke tempat kerja setiap hari, atau jarang dipakai. 

Kalau untuk sekedar jalan-jalan bersama keluarga kecil di dalam kota, mungkin pemilihan mobil seperti city car lebih tepat. 

Berbeda jika kita biasa bepergian jarak jauh secara rutin, mungkin mobil yang mempunyai mesin kuat dan cc lebih besar menjadi pilihan. 

Kalau membeli mobil baru, mungkin kita relatif tidak diribetkan dengan kondisi mesin yang masih baru karena masih bergaransi servis, bahkan mungkin suku cadang. 

Berbeda dengan mobil bekas, kita harus cermat meneliti kondisinya sebelum membeli. 

Pertama kali membeli mobil, kami hanya butuh, "asal mobil".

Tujuan utama kami saat itu adalah transportasi untuk mudik, sebab saat mudik liburan dan lebaran, tarif transportasi umum sangat mahal, berdesak-desakan, dan sering tak dapat bis. 

Mau pesan jauh-jauh hari tidak mungkin, sebab jarak mudik kami relatif dekat dan nanggung. Tidak ada bis yang bisa dipesan tiketnya. Bisanya naik langsung, dan itu bisa berjam-jam bahkan tidak dapat bis saat lebaran. 

Kebetulan saat itu ada teman yang menawarkan jeep bekas  tahun 70 akhir, atau 80 an awal. 

Entah kenapa, saat dibawa ke rumah, saya langsung jatuh cinta. Apalagi harganya terjangkau sekali untuk kantong kami. 

Modelnyapun unik dan istimewa. Suami juga suka. Suami sempat mengajak adik ipar yang montir untuk mengecek kondisinya. Tentu saja dari kacamata montir, mobil itu sangat banyak kekurangannya, tapi kami sudah terlanjur jatuh cinta dan siap jika harus mengeluarkan biaya banyak untuk upgrade. 

Mobil tua dan bekas, tapi istimewa. Tidak memalukan diajak selfi. Eh... (Dokpri by IYees). 
Mobil tua dan bekas, tapi istimewa. Tidak memalukan diajak selfi. Eh... (Dokpri by IYees). 

Meski harus keluar uang banyak untuk merestorasi mobil bekas, tapi bisa dicicil sesuai kemampuan. Yang terpenting surat-surat mobil lengkap dan sesuai. 

Mungkin langkah awal, perlu dicek mesinnya yang harus prima, sebab mobil bekas dengan mesin tua rawan mogok. 

Awal-awal membeli, mobil bekas ini sering mogok. Tapi di tangan suami saya yang telaten, kondisinya justru semakin lama semakin bagus. 

Terhitung radiator yang diganti baru, aki sudah pasti diganti kualitas nomor satu, busi, kaki-kaki, knalpot, semua diganti. 

Kemudian cat ulang bodi mobil biar kinclong juga perlu. Setelah mesin oke, penampilan juga perlu diperhatikan. 

Akhirnya jeep tua itu setia menemani kami mudik setiap tahun tanpa pernah rewel lagi selama 8 tahun. 

Karena terawat, setelah 8 tahun menemani dalam suka duka, taft kebo itu masih  laku dengan harga 2x lipat harga beli. 

Sayang sebenarnya, karena sudah menjadi mobil antik. Di tangan kolektor mungkin mobil itu dihargai sangat tinggi, tapi di tangan makelar mobil, mobil bekas seperti itu ditawar sangat rendah. 

Jadi kalau menjual mobil bekas, apalagi cenderung antik, lebih baik ditawarkan pada orang yang suka dan paham kondisi mobil, jadi dihargai. Jangan sekali-kali menawarkan pada makelar yang tahunya hanya besi tua rongsokan yang dibeli per kilo. Eh... 

Selanjutnya, kami masih harus mengakrabi mobil bekas, meski harganya 4x lipat dari mobil yang sebelumnya. 

Inipun kami harus keluar uang banyak untuk mengup- grade kondisinya. Sekitar 50% dari harga beli. 

Tapi keuntungan meng upgrade sendiri mobil bekas, daripada yang sudah diupgrade dealer, biayanya lebih murah, dan bisa dilakukan bertahap sesuai dana yang tersedia. 

Yang perlu diingat, Hati-hati memilih bengkel yang bisa dipercaya. Sebab salah memilih bengkel justru merusak mobil dan memancing perbaikan suku cadang yang lain. Apalagi jika montir nya amatiran. Bisa-bisa menservis rem harus turun mesin.

Usahakan kalau membeli mobil bekas, punya langganan bengkel yang bisa dipercaya, sehingga bisa ikut ngopeni mobil kita, bukan malah merusak. 

Berminat membeli mobil bekas? Siapkan paling tidak dana sebesar 1,5 kali harga beli. Sehingga setelah membeli masih punya dana lapang untuk perbaikan dan perawatan mobil bekas. 

Siap? Maju terus. Kalau belum siap, lebih baik bersabar dulu. Atau siapkan DP mobil, jika keuangan sehat, bisa kredit ke dealer,  jika dana untuk membeli mobil baru belum cukup. 

Semoga bermanfaat.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun