Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal 4 Jenis Anggrek dan Pemeliharaannya di RM Caping Gunung

3 Agustus 2022   11:58 Diperbarui: 3 Agustus 2022   12:01 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembibitan anggrek (dokpri by IYes) 

Siang itu saya dan suami berniat maksi, ngadem, refresing dan healing di sebuah Rumah Makan Alam yang bagi saya sangat berkesan. Bahkan sempat menjadi salah satu ide RM favorit dalam novel saya yang berjudul Kidung Lereng Wilis. 

Dulu Rumah Makan ini belum sebesar dan seluas ini. Tapi sekarang perkembangannya luar biasa. Kondisi alam yang mendukung, seperti sungai, sawah dan perbukitan yang sudah ada secara alami menambah nilai jual tempat ini tanpa terlalu banyak merekayasa alam. 

Sejenak masuk ke area rumah makan, mata saya langsung tertuju pada bangunan berpagar kassa yang dipergunakan untuk budidaya anggrek. 

Kebun anggrek mini tempat display bermacam anggrek (dokumentasi pribadi by IYes) 
Kebun anggrek mini tempat display bermacam anggrek (dokumentasi pribadi by IYes) 

Sayangnya, bangunan itu dikunci, sehingga saya hanya mengintip dari balik kassa. Bermacam anggrek yang indah tertangkap mata saya, tapi tidak bisa difoto dengan jelas karena terhalang kassa yang mengelilingi bangunan tempat anggrek-anggrek yang indah ditempatkan. 

Setelah memesan makanan, saya ijin suami untuk hunting view yang menarik untuk diintip dengan kamera HP. 

Sementara suami menunggu di gazebo sambil asyik chatting, entah dengan siapa. Eh... 

Biarlah, daripada bete dan sewot, karena sudah lapar, tapi gurami bakar yang kami pesan tak juga siap. 

"Dek, itu kebun anggrek nya dibuka. Tanyain harganya, besok kalau mau beli buat digantung di belakang, sudah tahu harganya, " Suamiku menyambut kedatanganku dengan teriakan. 

"Masa dibuka, tadi dikunci " Kataku tak percaya. 

"Itu... Lihat saja sendiri! "

Eh, bener. Kebun anggreknya dibuka. Ada 2 Ibu-ibu yang asyik menenteng dan memilih anggrek di dalam. Tak menunggu lama aku ikut masuk. 

Wow... Biutipul! Anggrek nya banyak yang sedang mekar. Putih totol-totol, pink, ungu, kuning. 

Phaleonopsis putih (dokpri) 
Phaleonopsis putih (dokpri) 

Aku benar-benar takjub. Ada Mas nya yang jual anggrek. Namanya Mas Iqbal. Orangnya baik. Bersedia menjawab pertanyaanku yang nyinyir dan bertubi-tubi tentang anggrek. 

Kalau tidak salah dulu aku ambil mata kuliah pilihan tanaman hias dan sayuran yang membahas tentang anggrek. Tapi berhubung cuma teori, jadi lupa-lupa ingat. Kalau diajak ngomongin anggrek masih bisa nyambung sih. 

Pembibitan anggrek (dokpri by IYes) 
Pembibitan anggrek (dokpri by IYes) 

Tapi kalau soal budidaya kurang paham, sebab dulu waktu ada training budidaya anggrek di kampus, sudah kehabisan tempat. 

Sebenarnya sudah pesan sama yang bertugas mencatat peserta, tapi belum bayar karena jarang bawa uang lebih ke kampus. Paling cukup buat beli makan siang. 

Berhubung peminatnya banyak, teman saya memprioritaskan teman lain yang sudah membayar. Jadilah saat aku dan komplotanku mau ikut, pendaftaran sudah ditutup. 

Ya sudah. Maklum saja, mungkin teman saya khawatir, kami berempat sudah terlanjur di daftar tapi nggak bayar. Terkadang harus bijak memutuskan memilih uang daripada teman. Kita juga gak marah, cuma mangkel sih iya, eh.... 

"Mas, anggrek nya berapaan? " Tanyaku pada Mas Iqbal. 

"Ini yang sedang tidak berbunga, harganya sekitar 80 ribu. Kalau yang berbunga sekitar 200 sampai 500, Bu. "

Owh... Aku tak melewatkan kesempatan ini untuk memotret anggrek-anggrek yang indah. 

Anggrek Bulan(Phaleonopsis) perhatikan bentuk daunnya yang dekat tanah, melebar, dan tidak bercabang(dokpri by IYes) 
Anggrek Bulan(Phaleonopsis) perhatikan bentuk daunnya yang dekat tanah, melebar, dan tidak bercabang(dokpri by IYes) 

"Ini anggrek jenis apa, Mas? " Tanyaku sambil memotret anggrek cantik ini. 

"Itu anggrek bulan atau Phaleonopsis Bu. Daunnya tunggal, tidak bercabang, bunganya menyembul dengan tangkai panjang dan kelopak-kelopak yang biasanya berukuran besar! "

Phaleonopsis kuning (dokpri) 
Phaleonopsis kuning (dokpri) 

"Kalau yang digantung itu anggrek apa Mas? " Itu kelopaknya lebih gede lagi dan warnanya tegas, " Tanyaku nyinyir. Mumpung tanya-tanya gratis. Eh... 

"Itu anggrek Vanda Bu. Semua itu Vanda yang digantung. Bentuk daunnya seperti pita bertumpuk. Cocok digantung, bunganya juga indah, "

Anggrek Vanda (dokpri by IYes) 
Anggrek Vanda (dokpri by IYes) 

" Cekrek! " 

Kufoto lagi si vanda penuh antusias. Aku sih senang terkagum-kagum dan terpukau, tapi kalau disuruh ngopeni tanaman tidak telaten. Biar suamiku saja. Kata suamiku tanganku panas. Gak papalah. Panas sama dingin kan jadinya hangat. Eh... 

"Kalau Anggrek bulan, sama dendrobium, bedanya apa Mas? " 

Kubertanya sambil memfoto kumpulan anggrek yang terdiri dari dendrobium dan anggrek bulan. Bunganya sepertinya sama dengan kelopak-kelopak yang indah. Seingatku, dendrobium bunganya kecil-kecil. Tapi ini kayaknya juga besar. 

Perhatikan dendrobium yang batangnya banyak, dengan daun sempit. Bandingkan dengan phaleonopsis di sebelahnya (dokpri) 
Perhatikan dendrobium yang batangnya banyak, dengan daun sempit. Bandingkan dengan phaleonopsis di sebelahnya (dokpri) 

"Dendrobium itu batangnya banyak bercabang. Kalau anggrek bulan batang tunggal dengan daun lebar berkelompok,Dendrobium bunganya juga ada yang keriting. Itu yang di pojok, Bu. Dendrobium keriting, " 

Phaleonopsis (dokpri) 
Phaleonopsis (dokpri) 

Aku manggut-manggut. Mas Iqbal masih telaten menjawab pertanyaanku, pastinya setelaten dia merawat anggrek, hehehe.. 

Dendrobium sudah, Anggrek bulan atau Phaleonopsis sudah, Vanda juga sudah. 

"Seperti nya ada jenis yang kurang," Gumamku lirih. 

"Yess! " Aku ingat! "

"Kalau Cattleya ada nggak Mas? " 

"Ini, Bu. Cattleya! " Salah satu ibu yang asyik pilih-pilih anggrek mengangkat pot anggrek yang sudah berbunga. Bunganya warna kuning. 

Seperti nya dia bucin sama si Cattleya kuning. Jadi potnya dipegangin terus. Agak was-was kalau aku berminat,dan kurebut. 

Sebenarnya sih aku minat banget, tapi belum berniat membeli. Survey dulu saja, ah. Tempatnya juga lagi dibangun di belakang rumah. 

"Difoto anggrek nya saja, Bu. Jangan orangnya, " Si ibu panik ketika aku mengarahkan kamera HPku, hihihi.. 

Cattleya kuning (dokpri by IYes) 
Cattleya kuning (dokpri by IYes) 

"Ya, Bu. Saya cuma mau memfoto anggreknya kok.! "

"Kok batang dan daunnya mirip Dendrobium ya Bu, " Kataku sambil mengamati Cattleya kuning. 

"Beda, Bu. Ini daunnya lebih keras dan kaku, "

Aku segera mengulurkan tanganku untuk mengelusnya. Benar ternyata, daunnya keras banget dan kaku. Di samping itu sepertinya bunganya tunggal, tidak berentengan seperti Dendrobium. Ini bunganya soliter. Main single, hehehe.. 

Si Ibu masih merayu Mas Iqbal untuk menurunkan harga, tapi Mas Iqbal nya keukeh dengan harga yang ditawarkan. 250 ribu untuk si Cattleya kuning. 

Meski bunganya tidak seindah jenis anggrek lain, tapi sepertinya Cattleya termasuk jenis langka dan agak susah dibudidayakan. 

"Ini perawatannya bagaimana Mas? " Perlu disiram tiap hari? "

"Tidak, Bu. Penyiraman dilakukan kalau medianya kering saja, kalau masih terlihat basah tidak perlu disiram!"

"Terus minimal 2 minggu sekali, seminggu sekali lebih bagus, dipupuk. "

"Pupuk nya apa Mas? " Tanyaku kembali nyinyir. 

"Biasanya gandasil, Bu. Itu yang menurut saya bagus. Bentuknya serbuk, nanti dilarutkan di air, terus disemprotkan ke tanaman, "

"Owh, Terima kasih ya, Mas! " Aku langsung ngibrit karena pesanan makananku sudah datang, dan suamiku sudah tidak sabar, karena kelaparan. 

Kuucapkan terimakasih pada Mas Iqbal dan pamit. Biar saja melayani Ibu-ibu yang memborong banyak anggrek, hehehe.. 

Kini aku ingat kembali Jenis-jenis anggrek dan ciri-cirinya. Plus cara merawatnya.

 Anggrek Bulan (Phaleonopsis), Dendrobium, Vanda dan Cattleya. 

Jangan lupa yaaa... 

Terima kasih, semoga bermanfaat... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun