Monumen Kresek adalah Monumen yang dibangun untuk mengenang sejarah kekejaman PKI yang terjadi di Madiun pada tahun 1948.Â
Monumen ini dipergunakan sebagai peringatan, agar peristiwa berdarah yang menghilangkan nilai -nilai kemanusiaan itu tidak terulang lagi.Â
Sebagai sejarah kelam, rasanya tak nyaman menyaksikan peristiwa itu diabadikan dalam patung dan diorama yang terdapat di lokasi pembantaian, tapi apa boleh buat, peristiwa sejarah harus dicatat sebagai bukti telah terjadi kekejaman di luar batas kemanusiaan.Â
Bagi pelaku sejarah, peristiwa itu mungkin masih meninggalkan luka yang menganga setiap kali menyaksikan patung-patung bukti sejarah.Â
Tapi generasi muda, mungkin hanya bisa mendengar cerita dan mengambil hikmahnya, agar tidak mudah diadu domba dan dihancurkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab di era digital ini.Â
Bahwa perbedaan pendapat dan perbedaan pandangan tidak harus diselesaikan dengan kekerasan.Â
Di pintu masuk wisata ini, suasana terlihat ramah dan menarik.Â
Sebelum masuk lokasi, di jalan ada portal yang dijaga dengan tulisan retribusi sebesar 3 ribu. Tiket masuk langsung dibayarkan pada petugas yang berjaga di pos pintu masuk.Â
Setelah itu pengunjung bebas mencari tempat parkir dengan biaya 2 ribu untuk sepeda motor, dan 5 ribu untuk mobil.Â
Di pintu masuk, ada lorong yang dihias payung dan dipasang lampu-lampu untuk memperindah dekorasi.Â
Setelah melewati lorong pintu masuk, bisa naik tangga ke atas untuk melihat patung bukti sejarah yang menggambarkan pembantaian yang dilakukan PKI kepada para tokoh masyarakat.Â
Terus naik tangga berundak agak berliku, kita akan sampai pada patung utama yang menggambarkan ekskusi PKI pada seorang kyai atau tokoh agama yang merupakan anggota DPRD Kabupaten Madiun, yaitu Kyai Husein yang mayatnya ikut dikubur massal di sekitar lokasi eksekusi dan pembantaian.Â
Di lokasi utama tempat PKI melakukan aksinya, di sebuah hutan yang terletak di ketinggian inilah monumen Kresek dibangun. Disebut Monumen Kresek karena di desa Kresek lah peristiwa berdarah itu terjadi.Â
Di pagar tembok, terdapat diorama dan pernyataan peristiwa wisata sejarah monumen Kresek.Â
Diorama yang menceritakan kebiadaban PKI Madiun 1948 (dokpri)
Peristiwa pemberontakan PKI Madiun antara lain dipicu oleh :
1. Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin akibat ditandatanganinya perjanjian Renville yang dianggap sangat merugikan Republik Indonesia.
2. Duet Amir - Muso yang gencar menyebarkan paham komunisme di Indonesia.Â
3. Kekecewaan terhadap  Kabinet Hatta akibat mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa demi penghematan biaya negara yang baru merdeka.Â
Karena kekecewaan Amir Syarifuddin itulah, kemudian dia bekerjasama ingin mengadakan pembrontakan yang bertujuan :
1. Muso dan Amir Syarifuddin yang ingin mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi komunis.Â
2. PM Amir Sjarifuddin ingin merebut kekuasaan dengan membentuk Republik Indonesia Soviet
3.Mengajak  petani dan buruh untuk melakukan pembrontakan.
Untuk mengatasi pemberontakan PKI Madiun, pemerintah melakukan beberapa cara untuk mengakhiri pemberontakan, di antaranya:
1. Soekarno meminta rakyat memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir.
2. Penumpasan pembrontakan PKI di Madiun yang dipimpin kolonel Soengkono dibantu para santri.Â
Akhirnya tragedi pembantaian kembali terjadi untuk menumpas PKI yang telah berbuat keji dan biadab. Pembalasan setimpal sama kejamnya dengan apa yang telah dilakukan PKI. Kengerian berulang dengan obyek berlawanan. Sungguh peristiwa yang sangat merugikan kekuatan NKRI.Â
Semoga peristiwa itu menjadi pembelajaran dan tidak terulang lagi.Â
Adapun pembantaian yang dilakukan PKI diabadikan dalam monumen Kresek yang terletak di bawah. Berupa tumpukan mayat yang dikubur dan ditimbun jadi satu di tempat monumen dibangun.Â
Berikut daftar korban penculikan dan pembantaian PKI tercatat ada 17 orang, yaitu : (Seperti tertulis di monumen ) :
1. Kolonel Inf Marhadi
2. Letkol Wiyono
3. Insp Pol Suparbak
4. May Istiklah
5. R.M. Sardjono (Patih Madiun)
6. Kiai Husen (Anggota DPRD Kabupaten Madiun)
7. Mohamad (Pegawai Dinas Kesehatan)
8. Abdul Rohman (Assisten Wedono Jiwan)
9. Sosro Diprodjo (Staf PG Rejo Agung)
10. Suharto (Guru Sekolah Pertama Madiun)
11. Sapirin (Guru Sekolah Budi Utomo)
12. Supardi (Wartawan freelance Madiun)
13. Sukadi (Tokoh masyarakat)
14. KH Sidiq
15. R. Charis Bagio (Wedono Kanigoro)
16. KH Barokah Fachrudin (Ulama)
17. Maidi Marto Disomo (Agen Polisi).
Sejarah tidak bisa diubah, menjadi sejarah kelam dan kenangan pahit yang tidak bisa dilupakan. Tapi juga bisa menjadi pembelajaran dan guru pengalaman berharga untuk menata bangsa menjadi bangsa yang berdaulat, bijak menghadapi kemajemukan, dan diperhitungkan dalam percaturan dunia.
Kini Monumen Kresek menjadi wisata yang menarik untuk bersantai sambil healing mengambil hikmah dari sejarah kelam bangsa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H