Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Mengintip Dunia dari Kerimbunan Jati dengan Internet

13 Juli 2022   12:32 Diperbarui: 13 Juli 2022   12:34 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Profil Facebook (dokpri) 

Saat ini, internet dan dunia digital begitu akrab dengan kehidupan sehari-hari.

 Apalagi dengan paket IndiHome, sebuah terobosan yang dikeluarkan oleh PT Telkom Indonesia ini, membuat manfaat internet semakin mudah dinikmati. 

Tak heran kalau IndiHome tidak bisa dipisahkan dengan dunia Internetnya Indonesia.

Tapi tidak begitu tentunya 20 tahun yang lalu. Bagaimana kondisi saat itu? 

Saat saya kuliah, sekitar tahun 90-an, internet masih merupakan barang asing dan baru. 

Mungkin internet mulai dikenal di lingkungan kampus sekitar tahun 1995. Saat itu adik kost saya yang bercerita kursus komputer, mendapat bonus diajari internet. 

Saat itu, HP juga masih langka, masih era pager, kalau tidak salah. 

Sampai saya lulus dan wisuda tahun 1997, saya belum mengenal internet. 

Saat wisuda, saya sedang hamil 8 bulan, sebab setahun sebelumnya, saya sudah menikah saat sedang melakukan penelitian skripsi. 

Sedang suami saat itu sudah menjadi guru selama kira-kira 8 tahun. 

Sejak saya mempunyai anak, dan tinggal di desa, kehidupan saya nyaris terisolir di tengah kerimbunan jati, dan fokus mengasuh kedua anak saya.

 Setelah si sulung lahir, selisih 1 tahun 2 bulan, si bungsu lahir. 

Dapat dibayangkan, bagaimana asyiknya saya mengasuh 2 balita tanpa bantuan pengasuh,  dan jauh dari keluarga. 

Kebetulan suami saya juga pendatang, yang bertugas di sebuah SMA di salah satu sudut Kabupaten Madiun. Sedang saya ikut suami, jadi sama-sama berada di lingkungan asing. 

Di tambah kondisi kami sebagai "kontraktor" yang berpindah dari satu rumah kontrakan ke kontrakan yang lain, membuat kami tidak terlalu akrab dengan tetangga. 

Saya merasa sedang menyepi dan bertapa, hehehe... 

Hanya sesekali ada teman kuliah yang berkirim surat. Sedikit menghibur dari keterasingan. 

Tapi saya nikmati saja kehidupan yang indah itu. Salah satu hobi yang masih bisa saya tekuni dan bisa dilakukan sambil mengasuh anak-anak adalah menulis. 

Kebetulan suami punya seperangkat komputer yang bisa saya pinjam saat sedang tidak digunakan. 

Aktifitas itu memberi hiburan tersendiri, apalagi saat beberapa ada yang dimuat di majalah. Hidup saya semakin indah dan berwarna. 

Saat itu, HP mulai akrab dengan kehidupan sehari-hari, sehingga saya bisa kembali menjalin silaturahmi dengan teman-teman. Terbanyak saat itu teman-teman SMA yang membuat grup alumni. 

Dunia saya menjadi tidak terlalu sepi, meski setiap hari hanya bisa berteman pohon-pohon jati, dan mengakrabi gaya hidup minimalis. 

Dokpri
Dokpri

Hingga suatu saat, ada teman yang menyarankan untuk memasang internet, tapi harus pasang telepon rumah dulu. 

Saat suami setuju, semua segera diproses. Dan saya bisa memanfaatkan jaringan internet menggunakan komputer. Saat itu saya lupa paket apa yang saya ambil, yang jelas merupakan program dari dari PT Telkom Indonesia. 

Teman saya mengajari membuat akun facebook, sehingga bisa terhubung dengan teman-teman yang mempunyai akun facebook meski tinggal jauh di pelosok tanah air. Bahkan ada yang tinggal di Amerika, Belanda, dan Perancis, kalau tidak salah. 

"Jadi reseller saja, Is! " Teman saya menyarankan. 

"Reseller itu apa? " Tanyaku oon. 

"Semacam perantara, mengambil barang dari produsen, kemudian dijual ke pemesan. Tenaga marketing lah.. "

"Oh, gitu? Oke..! "

Saat itu saya setuju, dan mulai membuat blog. Produk yang saya tawarkan adalah keripik nangka. 

Kebetulan, di desa sebelah ada sentra kripik nangka. Menurut perhitungan saya, kripik nangka awet dan enak, juga unik. 

Teman saya bahkan ikut memesan untuk nglarisin jualan saya. 

Membuat saya juga harus mempunyai rekening yang bisa menerima transfer.

 Efek domino dari manfaat internet, saya juga bisa belajar tekhnologi perbankan, transfer, rekening, dan ATM yang saat itu belum terlalu membudaya. Atau saya yang katrok? Eh...  

Ada yang lucu, saat itu akun FB tersetting dalam bahasa Inggris. Saya yang sudah lama "terisolir" dan jarang berbahasa Inggris agak tergagap. 

Di item option FB ada kata Poke. Saya tidak paham apa artinya. Tapi setiap kali saya klik kata itu, maka saya bisa mengetahui informasi pemilik akun sesuai dengan yang dibagikan pemiliknya. 

Jadi, semua akun teman saya, semua saya poke. 

Baru belakangan saya paham, poke artinya colek. Dan yang dicolek akan mendapat notifikasi. Kalau ingat itu, saya geli sendiri membayangkan teman-teman saya terheran-heran karena saya colek. 

Berasanya genit amat, padahal saya klik poke karena tidak paham artinya, hahaha... 

Tapi saya juga sering kena colek kalau ada teman yang baru membuat akun. Terkadang saya ganti colek, beberapa saya abaikan, karena mungkin juga katrok seperti saya saat pertama membuat akun Facebook, hahaha... 

Namun sayangnya, bisnis online saya tidak berkembang baik. Mungkin karena passion saya bukan ke pemasaran, tapi ke dunia tulis menulis. 

Saya justru asyik menulis di Blog, meski nulisnya di blog gratisan semacam blogspot. 

Pada tahun 2015 saya menulis pertama kalinya di Kompasiana. Saya menulis apa saja saat itu. Tapi tidak ingat, apakah saya juga membuat akun di saat yang sama. Atau sudah lama sebelum mulai menulis. 

Beberapa waktu yang lalu, si bungsu mengutarakan maksudnya untuk memasang paket IndiHome, biar kalau mudik, bisa tetap menghandle pekerjaannya yang lebih banyak dilakukan dari rumah. 

Dia memang bekerja di perusahaan IT yang melayani pembuatan iklan, video dan program-program tertentu yang dipesan oleh banyak perusahaan dan BUMN yang membutuhkan jasanya. 

Hutan jati (dokpri) 
Hutan jati (dokpri) 

Sebagai orang yang tinggal jauh dari kota, mungkin saya adalah salah seorang yang paling merasakan manfaat internet tanpa batas. Bahkan bisa diakses dari kerimbunan jati. 

IndiHome adalah Internetnya Indonesia. 

Program dari PT Telkom Indonesia ini memberikan kemudahan dan akses yang lancar agar semua masyarakat sampai ke pelosok desa dapat merasakan manfaat internet tanpa kecuali. 

Dengan internet, orang bisa bekerja dari rumah. Bisa memasarkan produk lewat internet. Bisa mendapatkan pekerjaan ketika fenomena buble burst melanda dan banyak PHK dilakukan oleh perusahaan start up, yang viral dengan sebutan PHK start up. 

Dengan internet, kreativitas dan keuletan, bisa mengantarkan korban PHK start up sukses menangguk cuan. 

Dengan internet, apa saja bisa kita lakukan tanpa datang langsung ke lokasi pekerjaan, lokasi penjualan, maupun lokasi yang susah dijangkau secara langsung. 

Internet telah membuka mata dan wawasan saya menjelajah dunia tanpa batas. 

Terimakasih IndiHome... 

Terimakasih PT Telkom Indonesia.. 

Akses mudah untuk mendapatkan manfaat internet, sebagai internetnya Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun