Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Senyum Shin Tae Yong, Garuda Tak Pernah Kalah dan Gagal ke Semifinal

11 Juli 2022   12:39 Diperbarui: 11 Juli 2022   12:46 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Huftt.. Kebobolan! " Suamiku nyaris membanting remote saat gawang Cahya Supriyadi kebobolan. 

"Waktu masih panjang, " Teriakku sambil memisahkan daging dari tulangnya yang telah direbus. 

"Tapi kebobolan dulu, " Sana kamu saja yang lihat, aku sudah males! " 

Suamiku meninggalkan TV sambil menggerutu tak jelas. Aku hanya tertawa. 

"Indonesia harus menang dari Myanmar. Itu juga nanti masih ditentukan hasil pertandingan Thailand kontra Vietnam. Kalau sampai seri di atas 1 gol, Indonesia tetap tersingkir, " Kataku. 

"Ya, tidak begitu. Yang dihitung selisih golnya, " Kata suamiku. 

Aku diam. Cukup para timnas sepakbola dari berbagai negara yang bertarung, aku lagi tak ingin bertarung dengan suami soal debat mendebat, hihihi.... 

Meski kebobolan duluan, aku tetap percaya timnas akan menang melawan Myanmar. Jadi sekarang aku yang asyik pantengin TV sendirian. Menggelosor sambil bertumpu pada bantal dengan HP di tangan, dan kacamata yang hanya kupakai setiap kali menonton TV yang menyiarkan laga timnas. 

Sejak awal, Shin Tae Yong(STY) sudah berkata, Kompetisi AFF ini dipergunakan untuk mengamati kemampuan setiap pemain. STY hampir tidak pernah menyinggung soal kemenangan. 

Kalau mau menganalisis pendapat STY terhadap kompetisi AFF, sepertinya STY tidak terlalu menginginkan kemenangan, kecuali memberi kesempatan pada anak asuhnya untuk unjuk kebolehan dan mengasah kemampuan. 

Kalau kita menoleh ke belakang, STY juga yang meminta PSSI mengundurkan diri dari kompetisi AFF U23 beberapa waktu lalu karena banyak pemain yang terpapar covid-19. 

Saat itu STY memilih menjaga kesehatan dan keamanan pemainnya daripada mengikuti laga AFF. Ini menunjukkan bila AFF tidak menjadi prioritas bagi STY. 

"Gol.gol.gol... Siapa kita? Indonesiaaa... ".

Suara reporter mengagetkanku sekaligus bersorak. 

"  Gol, Maass...! "Kuberteriak pada suamiku yang sudah berpindah duduk manis di ruang tamu. 

" Iya...! " Jawab suamiku. Ternyata dia tetap menonton live streaming lewat HP, tadi katanya sudah nggak mau nonton, hihihi... 

Muhammad Ferari meleletkan lidah, eh... Maksudnya unjuk gigi dengan mencetak gol pada menit ke -16. 

Muhammad Ferrari usai mencetak gol. Foto : bola.kompas.com
Muhammad Ferrari usai mencetak gol. Foto : bola.kompas.com

Gol ini membuat kedudukan Indonesia vs myanmar menjadi 1-1, sekaligus menjadi mood booster bagi pemain lain untuk ikut bersenang-senang menyumbang gol. 

Tendangan Arkhan Fikri dari luar kotak penalti, sukses menjebol gawang lawan  pada menit ke-25 . Membuat kedudukan 2-1 dan membangkitkan semangat timnas untuk kembali mencetak gol lagi.. lagi.. dan lagi! 

Pada menit ke-32, Muhammad Ferrari kembali mencetak gol, membuat teriakan suporter semakin riuh, dan kedudukan menjadi 3-1.

Hanya selang 2 menit, Rabbani Tasnim kembali menambah kemenangan Indonesia dengan menjebol gawang lawan di menit ke-34. Kedudukan menjadi 4-1 sampai babak pertama berakhir. 

Pada babak kedua, Indonesia hanya berhasil membuahkan 1 gol di menit ke -73 lewat sepakan kaki kanan Ronaldo Kwateh, salah satu pemain Indonesia yang produktif mencetak gol. 

Membuat kedudukan 5-1 sampai permainan berakhir. 

Tapi, karena peraturan adu kepala, eh... Head to head, Indonesia harus menepi untuk bersantai dan makan-makan dulu, eh... 

Lalu... 

Apakah kemenangan-kemenangan timnas Indonesia u19 sia-sia? 

Tentu tidak! 

Indonesia yang berlaga tak pernah kalah itu tak berguna? 

Tentu tidak! 

Kemenangan Indonesia atas Brunei dengan hokinya dan hoki Caraka tentu saja Indonesia membuktikan kemampuannya setelah melawan Vietnam hanya menghasilkan seri. 

Kemenangan Indonesia atas Philipina dengan "generasi "  Rabbani membuktikan bahwa timnas tidak hanya ada Marsellino Ferdinan dan Ronaldo Kwateh, tapi ada Hoki Caraka, Rabbani Tasnim, Arkhan Fikri, Razzaa Fachrezi Aziz,  Cahya Supriyadi, Muhammad Ferrari, dll. 

Indonesia u19 adalah tim hebat, setelah sebelumnya saya sempat meragukan prestasinya yang tak jelas. 

Tapi kenyataannya, tim u19 adalah tim yang diam-diam menghanyutkan. Jangan disangka air yang tenang tiada berbuaya, hahay... Kok jadi berperi bahasa. 

Mereka bergerak pelan tapi pasti, dan seperti kata-kata bijak Razzaa Fachrezi Aziz menanggapi hujatan netizen, mereka sedang berproses, jalan masih panjang, jangan ucap janji, Eh... 

Bagaimanapun juga, Indonesia adalah tuan rumah yang baik. Rela mengalah pada para tamunya, atas peraturan yang terasa dzalim bagi kubu timnas. 

Kemenangan itu menyenangkan, tapi bermain tak pernah kalah dengan produktivitas gol yang membanggakan juga suatu pengakuan kemenangan, meski karena peraturan, langkah tertahan. 

Yang terpenting, selama menonton timnas u19 saya sudah bersenang-senang. Masalah tidak berlanjut ke semifinal, justru memantapkan posisi garuda u19 yang final tak terkalahkan, karena sudah tidak perlu berlaga lagi. Eh... 

Bahkan sebagai pecinta timnas, saya juga akan menjadi tuan rumah yang baik, tidak akan mengganggu, dan menghujat para tamu, apalagi menonton pertandingan mereka di semifinal. Tentu tidak! 

Silakan para tamu bermain sendiri... 

No timnas Garuda, no watch!!! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun