Pagi ini kicau burung menyambut kehadiranku di pekarangan samping rumah Ibu yang berbatasan langsung dengan hamparan sawah.Â
Pandangan mata dimanjakan oleh pepohon yang tumbuh rimbun tanpa ditanam.Â
Deretan pohon kelapa, ternyata berdampingan dengan pohon sonokeling yang tumbuh beranak pinak, rimbun dan banyak.Â
Dulu, ada 2 pohon sonokeling raksasa yang sudah berumur puluhan tahun, mungkin seumuran denganku.Â
Saat aku mulai bisa mengerti dan mengamati, pohon sonokeling itu sudah ada. Tapi kini pohon berukuran besar itu sudah ditebang, dibeli orang.Â
Kini tinggal pohon-pohon yang kecil, Kira-kira berdiameter 10 cm.Â
Tumbuh bergerombol di pinggir kolam. Konon  pohon sonokeling ini sudah mulai langka.Â
Sejak tahun 2017, Kayu sonokeling mulai langka. Bahkan terdaftar sebagai spesies rentan oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam atau IUCN.
Kelangkaan kayu sonokeling, antara lain disebabkan oleh penebangan liar di hutan konservasi. Tapi di tempat saya, sonokeling justru tumbuh liar dan banyak.Â
Sonokeling, atau Dalbergia latifolia, dikenal pula dengan nama sonobrit dan sonosungu.
Merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang dimanfaatkan sebagai bahan furniture maupun kerangka bangunan.
 Kayu sonokeling yang berwarna hitam dengan tekstur keras ini, membuatnya menjadi primadona dan incaran para penggila furnitur yang kokoh, kuat dan awet.Â
Kayu sonokeling umumnya diolah menjadi aneka furnitur seperti lemari , meja, rak, kursi, bangku, buffet, dan sebagainya.Â
Kayu sonokeling mempunyai corak yang khas dan berwarna hitam, sehingga seringkali corak dan warnanya dibiarkan alami untuk memberi kesan mewah.Â
Kayu sonokeling berharga mahal, sebab umurnya lama untuk mendapatkan kualitas terbaik.Â
Kayu sonokeling yang layak panen adalah yang sudah berumur 20 hingga 50 tahun. Sedangkan untuk kayu yang masih muda, berumur sekitar 5 tahunan, kualitasnya kurang bagus.Â
Keunggulan sonokeling  untuk furnitur:
1. Mempunyai corak yang khas, dan warna hitam alami.Â
2. Tahan rayap, sehingga tidak perlu diberi obat pembasmi hama kayu.Â
3. Kuat menahan berat, cocok untuk lantai.Â
4. Kayunya berat menyerupai logam
5. Mengikat murah dan baut dengan baik, sehingga tidak mudah rusak saat dipasangi mur dan baut.Â
Sedangkan kekurangannya :
1. Umur hingga bisa dimanfaatkan relatif lama (puluhan tahun).Â
2. Warnanya yang hitam memberi kesan sempit.Â
3. Kurang bagus untuk ukiran menggunakan pahat karena teksturnya keras. Lebih cocok mengukir menggunakan mesin.Â
4. Harganya mahal
5.Langka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H