Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Buku Agenda Bunda

25 Juni 2022   07:56 Diperbarui: 25 Juni 2022   08:06 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama teman kuliah, menambah pengalaman dan wawasan (Foto: Shutterstock)

Ellya duduk di lantai kamar kostnya sambil memangku buku agenda bersampul tebal berwarna biru navy. Buku yang diberikan bunda untuknya. 

Sebagai anak perempuan tertua, kuliah di luar kota, dan harus kos, bunda tak banyak memberi wejangan secara lisan, tapi menuliskannya. 

Bunda memang suka menulis. Tulisannya indah dan rapi. Bunda juga rajin mencatat setiap perkembangan putra putrinya. 

Dari kelahiran, mulai bisa berjalan, mulai latihan berbicara, berhenti minum ASI, masuk TK, SD, SMP, SMA, dan mulai kuliah, bunda punya catatan sendiri-sendiri untuk tiap putra putrinya. 

Untuk anak perempuan, bunda juga punya catatan, kapan kami mulai datang bulan. Sedang untuk anak laki-laki, bunda juga punya catatan, kapan mulai khitan dan baligh. 

Ellya, anakku sayang. 

Meski berat melepas ananda kuliah di luar kota, tapi bunda sadar, Ellya sudah besar. Sudah saatnya membangun asa, mengejar cita-cita. 

Semoga semua yang sudah kita jalani bersama, bisa menjadi bekal untuk hidup di perantauan. Anggaplah teman satu kosmu sebagai saudara-saudaramu. Merekalah yang kini paling dekat denganmu.

 Yang akan saling tolong dan bantu membantu kalau salah satu mendapat kesulitan. 

Semoga Ellya selalu ingat pesan bunda. Selalu mendekatkan diri padaNya, dan tidak melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Kalau Ellya lagi sedih, boleh menuliskan di buku bunda ini. Kita akan selalu berbagi cerita di buku ini. Cerita antara Bunda dan Ellya. 

Kalau Ellya pulang nanti, jangan lupa dibawa. Nanti bunda akan menulis juga untuk Ellya. 

Ellya tersenyum. Sedikit terharu. Selama ini, bunda adalah Ibu terbaik, dan ayah adalah bapak terbaik untuk Ellya dan saudara-saudaranya. 

Mungkin tak hanya Bunda Ellya yang mengkhawatirkan kondisi putrinya, atau putranya yang hidup di perantauan. Kekhawatiran-kekhawatiran para orang tua untuk anaknya di perantauan itu antara lain :

1. Mengkhawatirkan, bagaimana mereka harus hidup sendiri jauh dari keluarga, jauh dari orang tua yang selama ini melindunginya. 

2. Mengkhawatirkan kesehatannya. Apakah selama di perantauan, akan selalu sehat dan baik-baik saja? Bagaimana kalau sakit? 

3. Mengkhawatirkan pola makannya. Apakah anak-anak di perantauan bisa cukup makan yang bergizi, menu berimbang, makanan sehat? 

Mendampingi anak yang mempunyai masalah (indozone.com) 
Mendampingi anak yang mempunyai masalah (indozone.com) 

4. Mengkhawatirkan kalau anak-anak kita ada yang menyakiti. Bagaimana keselamatannya?

5.  pergaulannya. Apakah anak-anak kita bisa nyaman bergaul dengan orang-orang baru di lingkungannya? Jangan-jangan terjebak pergaulan bebas di tempat kos. 

Untuk mengatasi kekhawatiran-kekhawatiran itu, sebagai orangtua kita bisa menghubunginya kapan saja, di saat waktu luang mereka, sehingga tidak mengganggu aktifitas perkuliahan, atau justru membuat mereka merasa selalu diamat-amati sehingga merasa tak nyaman. 

Yang paling hakiki, tentu saja kita doakan dan pasrahkan mereka kepada sebaik-baik penolong dan sebaik-baik pelindung. Allah tempat kita bergantung dan memohon dalam setiap doa yang terpanjatkan. 

Kita harus menanamkan kesadaran, bahwa saat anak-anak kita berada di perantauan saat menuntut ilmu, mereka sedang mencapai proses yang harus dijalani untuk :

1. Dalam perantauan, anak kita akan berlatih kemandirian. Mandiri dalam melakukan banyak hal, termasuk mengambil keputusan dalam hidupnya. 

2. Melatih sosialisasi dalam pergaulan yang dekat di lingkup kos, meski secara hubungan darah, mereka adalah orang lain. Tapi mereka akan berlatih memposisikan dirinya di antara penghuni kos yang lain. 

3. Berlatih toleransi. 

Hidup di tempat kost, tentunya tidak sama dengan tinggal di rumah bersama saudara dengan latar belakang yang sama. Di tempat kost, bisa jadi penghuninya berasal dari tempat, latar belakang, keyakinan dan karakter yang  berlainan. Butuh toleransi yang tinggi dan kebijaksanaan untuk menghadapinya. 

4. Menambah Wawasan dan Pengalaman.

Dengan hidup di perantauan, semakin banyak hal yang bisa dialami, otomatis bertambah pula pengalaman dan wawasan untuk bekal kehidupan untuk masa depan. 

Bersama teman kuliah, menambah pengalaman dan wawasan (Foto: Shutterstock)
Bersama teman kuliah, menambah pengalaman dan wawasan (Foto: Shutterstock)

5. Melatih kekuatan mental. Siap menghadapi masalah dan tekanan tanpa didampingi orang tua 

6. Lebih menghargai waktu bersama keluarga yang terjeda saat di perantauan. 

7. Lebih bertanggung jawab terhadap diri dan permasalahan yang dihadapi. 

8. Bertambah kedewasaannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun