Pandemi covid perlahan-lahan menyingkir. Menyelinap diam-diam tanpa pamit. Meninggalkan kondisi yang tak lagi rumit.Â
Pelonggaran masker di ruang terbuka juga membuat masyarakat semakin yakin beraktivitas di ruang publik. Pelaku UMKM kembali bangkit. Pedagang jajanan, dari bakso, siomay, sampai gorengan kembali dipadati pelanggan.Â
Masyarakat seolah kembali ke dunia nyata, mengerahkan sisa tenaga untuk berjuang sampai akhir menghadapi tantangan baru. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok dan krisis energi bahan bakar minyak maupun listrik.Â
Nyam.. Nyam... Siapa tak suka gorengan? Kudapan lezat itu menjadi kegemaran semua orang, kecuali orang-orang dengan kondisi khusus yang harus berpantang makan gorengan. Itupun kadang ada yang berusaha mencuri-curi kesempatan untuk menikmatinya.Â
Saat ini di depan saya terhidang beberapa macam gorengan yang baru saya beli. Tahu isi,tahu susur, atau tahu berontak.Â
Disebut tahu isi karena ada isinya.Â
Disebut tahu susur, karena isinya terkadang monyong keluar seperti susur yang nongol dari mulut nenek-nenek yang mengulum tembakau dengan campuran sirih dan gambir, yang biasa disebut menyusur.Â
Disebut tahu berontak karena isinya terkadang mengintip keluar, memaksa untuk tampil dan berontak dari selimut tepung.Â
Sementara tempe dan tempe gembus yang digoreng berbalut tepung juga menggoda mulut untuk terus memamah biak.Â