Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Suatu Siang di Joglone Karto

29 Mei 2022   15:22 Diperbarui: 29 Mei 2022   15:25 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesanan sebanyak ini hanya perlu membayar sekitar 100 ribu. (Dokpri)

Siang cerah. Putihnya mega menghias birunya langit. Keindahan alam sebagai anugrah dari sang Pencipta alam dan kehidupan.

Sebenarnya aku dan suamiku berniat mengunjungi musium dongkrek di Mejayan, tapi berhubung suamiku lupa lokasi tempatnya, jadilah kami cuma berputar-putar tanpa bisa menemukan lokasi yang kami cari. 

Akhirnya ada yang menunjukkan lokasi paguyuban dongkrek, tapi di saat seperti ini, kesenian dongkrek sedang rehat. Permainan dongkrek biasanya ramai tanggapan di bulan suro. Sebab seni dongkrek ini berhubungan dengan mengusir pageblug atau tolak bala. 

Akhirnya, setelah mengucapkan Terima kasih kami berpamitan dan langsung menuju Magetan. 

Suamiku mengajak makan siang di sebuah rumah makan yang menurut suamiku rekomended. Nyaman untuk bersantai dan bercengkrama bersama keluarga. Syaratnya cuma satu, aku yang traktir. Hohoho.... Okelah! 

Sampai di sana, kulihat pelatarannya sudah penuh mobil dan motor pengunjung. 

RM. Joglone Karto (Dokpri)
RM. Joglone Karto (Dokpri)

"Penuh, Mas. " Bisikku. 

"Hooo... Parkirnya di belakang, luassss... " Kata suamiku. 

Benar saja, ada tukang parkir yang menghampiri dan memandu kami memarkir mobil di belakang, tempatnya memang luas. 

Di dalam, tempat parkirnya masih luas, meski dari depan terlihat penuh. (Dokpri)
Di dalam, tempat parkirnya masih luas, meski dari depan terlihat penuh. (Dokpri)

Tampak depan, dengan bentuk atap seperti kuil dan tumbuhan bambu kuning yang rimbun. (Dokpri)
Tampak depan, dengan bentuk atap seperti kuil dan tumbuhan bambu kuning yang rimbun. (Dokpri)

Selesai parkir aku bergegas mencari toilet yang cukup bersih dan representatif, sementara suamiku menuju mushola yang tersedia di lokasi. Waktu dhuhur sudah tiba. Menunaikan kewajiban dulu, jadi bisa menikmati makan siang dengan santai dan tidak tergesa-gesa. 

Sambil menunggu suamiku menyelesaikan shalatnya, aku mengamati rumah makan yang cukup luas ini. Di beberapa sudut ada yang sedang melaksanakan reuni, sedang di sudut lain ada pertemuan keluarga. Tempat yang luas memungkinkan rumah makan ini untuk dimanfaatkan dengan berbagai tujuan. 

Bagian depan samping sedang dipergunakan untuk pertemuan keluarga. (Dokpri)
Bagian depan samping sedang dipergunakan untuk pertemuan keluarga. (Dokpri)

Rumah makan ini terdiri dari bermacam cara menikmati makan. Dari lesehan di lantai dalam, lesehan di gazebo, duduk di dalam ruangan, dan duduk di kursi taman dilengkapi payung besar sebagai naungan. 

Lesehan di dalam ruangan (Dokpri)
Lesehan di dalam ruangan (Dokpri)

Di salah satu sudut tersedia gamelan dan gendang yang boleh ditabuh dan dimainkan oleh pengunjung. Juga ada miniatur kereta kuda yang diletakkan di pinggir ruangan. 

Kereta tanpa kuda di pinggir ruangan. (Dokpri)
Kereta tanpa kuda di pinggir ruangan. (Dokpri)

Rumah makan ini juga ramah bagi anak-anak karena terdapat beberapa ayunan yang bisa dipergunakan untuk bermain. Bahkan tempatnya yang luas membuat anak-anak betah dan bermain petak umpet. 

Ayunan untuk bermain anak-anak. (Dokpri)
Ayunan untuk bermain anak-anak. (Dokpri)

Di samping kanan kiri rumah makan terdapat hamparan sawah yang menyejukkan mata. Bisa duduk menikmati hidangan sambil memandang keindahan hamparan sawah. 

Hamparan sawah di samping rumah makan. (Dokpri)
Hamparan sawah di samping rumah makan. (Dokpri)

Masuk ke dalam lagi terdapat aula yang lebih luas yang bisa didesain dan diatur sendiri sesuai keperluan acara yang ingin diadakan. 

Aula (Dokpri)
Aula (Dokpri)

Di tengah ruangan terdapat kolam yang berisi ikan koi. Bisa menjadi hiburan tersendiri sambil menunggu pesanan siap. 

Kolam ikan koi (Dokpri)
Kolam ikan koi (Dokpri)

Suamiku selesai menunaikan shalat dhuhur dan menghampiri aku yang sudah duduk di kursi taman. Dikiranya aku sudah memesan makanan. Aku sengaja menunggu suamiku, sebab seleranya berubah-ubah. Kalau ditanya pesan apa dan jawabnya," biasa", itu bisa berarti banyak hal tergantung mood nya saat itu. 

"Aku pesan bebek bakar, minumnya biasa, " Kata suamiku. 

"Teh tawar hangat? " Tanyaku. 

"Bukan. Wedang jahe, " Jawabnya. 

Aku tersenyum, apa kubilang, hihihi... 

"Sama tahu krispi, " Kata suami. 

"Sama sambal korek, " Tambahnya lagi. 

"Kamu pesan gurami saja, biar bisa ngicipin menu lain," Kata suamiku. 

"Sudah? " Tanyaku. 

"Sudah," jawabnya. 

Oke, sekarang giliranku. 

" Gurami bakar saja, Mas. Yang organik. " Kataku. 

"Ya, Bu."

"Sama cah jamur, terus minumnya es beras kencur. Sudah itu saja," kataku. 

"Baik, Bu. Ditunggu yaa... "! 

" Oke! "

Kukira butuh waktu lama untuk menunggu, ternyata hanya sekitar 1/4 jam. Hebat. Biasanya di tempat lain pesanan lama jadinya, apalagi yang berjudul bakar-bakaran. Sepertinya setiap menu punya koki sendiri-sendiri. O iya, di sini menunya halal lho. 

Pesanan sebanyak ini hanya perlu membayar sekitar 100 ribu. (Dokpri)
Pesanan sebanyak ini hanya perlu membayar sekitar 100 ribu. (Dokpri)

Pesanan sudah datang, sesekali memanjakan selera dan nglarisin bisnis kuliner agar segera bangkit dan berjaya. Seminggu sekali bolehlah, nanti yang 6 hari lauk krupuk, hahaha... 

Sudah ya, kalau mampir Magetan, Rumah makan ini bisa jadi tempat singgah yang nyaman. Cari saja di google maps. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun