Lemper, adalah makanan tradisional yang terbuat dari ketan putih dengan isian lauk. Bisa berupa srundeng, abon, ayam, maupun ikan.
Sedangkan Semar mendem, adalah lemper yang dibungkus dadar telur dengan campuran air dan sedikit tepung.Â
Kurang begitu jelas, darimana kue tradisional ini berasal, tapi lemper banyak ditemukan di daerah Jawa Tengah, yogyakarta dan Jawa Timur.
Pada saat saya masih kecil, kue lemper nyaris menjadi menu wajib dalam suguhan hajatan. Sehingga setiap kali ada teman atau saudara yang kondangan (mendatangi undangan hajatan), ucapan yang umum dilontarkan adalah, "jangan lupa bungkusin lempernya yaaa..."
Ada humor yang beredar di kalangan ibu-ibu yang kondangan. Di masa lampau, terkadang lemper tidak berisi abon atau ayam, tapi berisi serundeng kelapa. Menurut saya tetap enak sih, tapi yang namanya orang, seleranya berbeda-beda. Jadi kalau ingin mengetahui lemper yang di suguhkan berisi apa, mereka memakai kode. Kalau isinya serundeng, maka yang sudah mencicipi akan bilang, " Manjat kelapa". Kalau isinya abon, maka akan bilang, "mbrangkang(merangkak). Maka yang paham akan tersenyum dan mengambil lemper kalau sesuai seleranya.
Ada kepercayaan, bahwa lemper yang terbuat dari ketan wajib disajikan dalam hajatan. Sebab ketan yang lengket melambangkan eratnya persaudaraan dalam hajatan. Bahkan ada yang menganggap sebagai lambang lekatnya rejeki dengan si empunya hajat.
 Sedangkan kisah lucu lainnya tentang lemper adalah cerita tentang Olivia culpo, miss Universe 2012 makan lemper bersama daun pembungkusnya. Mungkin dikiranya sushi, hihihi...
Dalam perkembangannya, lemper mempunyai bermacam variasi. Dari bermacam bentuk dan cara membungkusnya, sampai cara memasak dan menikmatinya.
Ada yang langsung menikmati lemper mentah, maksudnya ketan yang telah matang dikukus, diberi isian, langsung dinikmati tanpa proses memasak kedua kalinya. Awalnya proses masak kedua kali ini hanya dikukus, tapi kini ada yang membakar, bahkan menggorengnya.