Ramadan bukan sekedar berpacu dalam kebaikan. Tapi di situ harus disertai keikhlasan dan rendah hati saat melaksanakan. Ikhlas dan rendah hati adalah sesuatu yang mudah diucapkan tapi sangat sulit dilakukan.Â
Banyak orang memberikan dan mengulas panjang lebar tentang amalan yang bisa dilaksanakan saat Ramadan, tapi lupa bermuhasabah. Mengintrospeksi diri itu tidak mudah.Â
Sudahkah Aku bersyukur?Â
Bersyukur adalah pangkal pokok kebahagiaan. Sebesar apapun pencapaian kita, tanpa rasa syukur akan terasa kurang. Dengan bersyukur akan mendatangkan sifat qana'ah. Selalu cukup dengan apa yang kita Terima. Karena rizki tak pernah salah. Allah telah menetapkan rizki bagi tiap-tiap makhlukNya.Â
Sudahkah aku menjalani hidup dengan ikhlas?Â
Ikhlas adalah pangkal kenyamanan. Ketika hati ikhlas, tak ada pencapaian yang kita sesali. Tak ada rasa iri atas pencapaian orang lain. Menjalankan aktifitas tanpa beban. Hahay... Pagi semakin terlihat indah.Â
Apakah aku masih ujub dan riya'?Â
Ujub dan riya' adalah pakaian manusia yang susah dilepas. Bahkan mencoba menyembunyikan kebaikan pun, diam-diam hati kecil masih berbisik, "aku orang yang baik, karena mampu menyembunyikan kebaikan yang kulakukan. " Hohoho... Itu kan juga ujub.Â
Terkadang masih gerah melihat orang berlomba dalam kebaikan. Hati ini tak mau kalah. Pamerkan semua amalan, video, foto, status, medsos penuh dengan prestasi kebaikan dan keangkuhan. Ujub dan riya' menyapa. Ah ini kan untuk tauladan. Hati kembali berbisik.Â
Kurasa menganak tirikan. Muhasabah kuabaikan. Menilai diri sendiri itu sulit. Begitu juga menyingkirkan sifat ujub, riya'dan rendah hati selama masih berinteraksi dengan sesama manusia.Â
Ya Allah ya Rabbi, bersihkanlah hati ini, Sucikan dari hal-hal yang mengotorinya. Berikanlah rasa istiqomah untuk selalu di jalanMu. Nyaman dalam bertaqwa dan patuh perintahMu.Â