Apem dianggap melambangkan diri kita, pada saat kita memakannya harus di celupkan di kinca / kinco yang difilosofikan sebagai darah dan juga mengingatkan kita adanya kemungkinan diri kita akan terkena musibah. Tradisi ini dilaksanakan pada bulan safar.
Konon juga beberapa cerita yang mengatakan, ngapem yang dicelupkan ke kinca dan dimakan ini melambangkan Belanda yang harus dibenamkan dan dimusnahkan dari bumi Cirebon.Â
Terlepas dari tradisi ngapem dan sejarahnya, sore ini saya tiba-tiba ingin membuat apem karena kebetulan ada nangka yang masak di pohon. Sepertinya menggoda untuk mengawali berbuka sore ini. Maka jadilah apem panggang bertoping nangka dan kinca nangka. Tapi saya membuatnya dari tepung terigu, sehingga lebih mirip apem pukis.Â
Teriring mohon maaf lahir batin kepada seluruh pembaca dan semua kompasianer. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi seluruh umat muslim.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H