Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum Paramitha

9 Maret 2022   11:57 Diperbarui: 9 Maret 2022   22:15 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paramitha memandang foto lukisan yang begitu fenomenal. Perempuan cantik, Lady Lisa yang menarik perhatian dunia dengan senyumnya yang misterius. 

Ada rasa iri dihatinya memandang foto lukisan yang seolah mengejek dirinya. Ya... Hanya foto lukisan. Sebab lukisan aslinya tak ternilai harganya, tersimpan rapi di musium Louvre, Paris. 

Paramitha hampir membanting gawai yang memuat foto lukisan istri bangsawan Italia bernama Francesco Del Giocondo itu. 

Meski hanya lukisan, senyum wanita itu telah membuat seseorang tergila-gila dan bunuh diri karena tak tahan melihat senyumnya dan tak bisa melupakannya. 

"Konyol, " Desis Paramitha. 

Apa menariknya senyum seperti itu? Bisa membius dan menghebohkan dunia. Bahkan Napoleon Bonaparte yang legend itupun tergila-gila padanya. Apa istimewa nya perempuan bernama Gerardini Lisa itu? 

"Brakkk! Paramitha membanting gawai nya di atas kasur penuh rasa kesal. 

Dirinya merasa nelangsa dan iri dengan keberuntungan wanita dalam foto lukisan itu. Dikagumi seluruh dunia. Sementara orang yang memandang dirinya akan menatapnya penuh rasa kasihan. Bahkan mungkin mengejek atau merendahkannya. 

Paramitha memandang dirinya sendiri. Perempuan tua di atas kursi roda. Tak pernah tersenyum apalagi tertawa. Senyum dan tawanya telah dilenyapkan dengan  berbagai penyakit yang menggerogoti dirinya. Osteoporosis, asam urat, hipertensi, diabetes. Penyakit - penyakit itu seperti berebut menyerangnya. Tubuhnya sudah terlalu lemah dan lumpuh. Sungguh bahagia kalau bisa seperti perempuan dalam lukisan itu. 

"Bungaaa.. Ambilkan kacamata baca ku! " 

Paramitha berteriak memanggil Bunga. Asisten rumah tangga yang beberapa tahun terakhir setia menemaninya. 

"Iya, Bu. "

Bunga tergopoh- gopoh membawakan barang yang diinginkannya. 

"Ambilkan Hape ku sekalian! " Paramitha menunjuk gawai nya yang tadi dilempar ke kasur. Bunga mengambil gawai itu untuknya. 

"Buatkan secangkir wedang jahe, dan bawa ke sini, " Paramitha kembali memerintah. 

"Iya,Bu."

Bunga patuh mengerjakan apa yang diinginkannya. Meski masih relatif muda, asisten rumah tangganya itu sabar dan telaten melayaninya, padahal ia sering kasar, membentak dan memarahinya. 

Dipandangnya sekali lagi foto lukisan perempuan dengan senyum misterius itu. Dibacanya juga artikel yang mengulasnya. 

Direktur Medis Heart & Vascular Cener dirigham and Women's Hospital in Boston, Amerika Serikat, Mandeep MehraMehra mengatakan, 

Teka-teka soal Mona Lisa mungkin bisa diselesaikan dengan diagnosis medis sederhana, ia terkena penyakit yang terkait hipotiroid

Paramitha membelalakkan matanya. 

"Apa-apaan ini orang. Lukisan perempuan cantik yang sedang tersenyum itu justru didiagnosa mengidap penyakit? T. e. r. l. a. l. u! "

Senyum perempuan cantik nyaris sempurna yang membuat banyak lelaki tergila-gila itu justru dilakukan dalam keterpaksaan dan rasa sakit? 

"Perempuan yang luar biasa," bisik Paramitha. 

Paramitha melanjutkan bacaannya. 

Pada tahun 2004 ada dokter yang memprediksi wanita itu terkena familial hyperlipidemia atau tingkat kolesterol yang tinggi di lemak karena faktor genetik. Hipotesis ini hadir karena di lukisan itu Lisa terlihat mengalami lesi kulit dan tangan kanannya bengkak.

Paramitha semakin terbengong. Kini lukisan itu justru dinyinyirin semakin detail. Dari kulit pucat sampai tangan bengkak. Kalau model lukisan itu masih hidup, mungkin senyumnya berubah pilu dan nelangsa. 

Paramitha menghela nafas berat. Kembali melanjutkan kan bacaannya. 

Komentar kekurangan Lady Lisa sang Monalisa yang mengidap penyakit itu semakin dikuliti oleh Mehra, yang mengatakan hipotesis itu kurang tepat, karena Lady Lisa meninggal pada umur 63 tahun. Kalau menderita familial hyperlipidemia, usianya takkan panjang. 

Mehra dan rekannnya, Hilary Campbell,University of California justru menduga bahwa Lisa mengalami hipotiroid. Ini adalah suatu kondisi tubuh kekurangan hormon tiroid sehingga  metabolisme tubuh terkena dampaknya. Kelenjar tiroid yang kurang aktif menyebabkan orang itu lelah, berat badan naik, kulit kering, lemah otot, bengkak pada sendi, rambut menipis. Juga menyebabkan kulit jadi lebih kuning serta pembesaran kelenjar tiroid. 

Paramitha kagum pada Lady Lisa, karena dalam penderitaannya masih bisa tersenyum anggun. Cantik dan misterius.

 Tiba-tiba Paramitha merasakan energi luar biasa dari lukisan itu. Senyumnya seperti menyuntikkan energi pada Paramitha untuk menghargai dirinya dan bersyukur. Berbahagia dalam segala kondisi. Meski kondisinya dalam keterbatasan, ia tetap bisa melakukan banyak hal. Ada Bunga yang setia membantu dan menyediakan segala keperluan nya. 

Bersyukur mempunyai anak-anak yang memperhatikan keperluannya meski saling tinggal berjauhan. Dengan gawai mereka bisa berkomunikasi dan berinteraksi di dunia maya. 

Dibukanya aplikasi untuk menulis di gawai nya. Ia seperti menemukan kembali dirinya yang telah hilang. Ia akan menulis dan terus menulis. Bahkan jika suatu saat nanti raganya telah mati, ruh dalam tulisannya akan tetap hidup. 

Paramitha tersenyum manis. Semanis senyum monalisa yang menginspirasinya. Senyum pertama sejak dia didiagnosis mengidap banyak penyakit yang berebut menyerangnya. 

Paramitha kembali tersenyum, sehebat senyum monalisa. Senyum penuh optimistisme dan rasa syukur. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun