Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Apa kabar Tahu dan Tempe Hari ini?

23 Februari 2022   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2022   18:54 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pagi msh gelap. Seusai subuh ku pamit pada suami untuk belanja. 

"Mau beli apa Dek? "

"Berburu tahu sama tempe, " Jawabku sambil tertawa kecil. 

Semarak berita pemogokan pedagang tahu dan tempe di jabodetabek, banten dan Jawa Tengah membuatku penasaran. Hari minggu lalu, saat aku lewat pasar sayur, tak sengaja mataku menangkap pedagang tempe langgananku yang masih menggelar dagangan.  Aku mampir dan menyempatkan 2 papan tempe seperti biasanya. 

"Harganya nggak naik Mbak?" Tanyaku. 

"Tidak, Bu. Tetap 2000/bungkus, " Jawab penjualnya sambil tersenyum. 

Aku ikut tersenyum. Saat itu masih hari minggu. Kata berita, mogoknya senin sampai rabu. Mungkin masih normal. Pikirku. 

Hari ini hari rabu. Aku ingin tahu, apakah di sini ikut mogok. Hawa dingin menerpa tubuhku saat ku larikan motorku. Harus cepat dan belanja seperlunya. Sarapan untuk suamiku belum kusiapkan. Bisa sewot kalau aku lupa. Untungnya hari ini beliau masuk mulai jam ke-3, jadi masih banyak waktu. 

Sampai di pasar sudah ramai. Mataku langsung mencari pedagang tempe terdekat yang biasa kubeli. Ternyata lapaknya kosong, diisi pedagang ayam potong. Waduh... Aku mulai khawatir, meski tak panik. Di dekatnya ada penjual tahu. Lumayan. Bukan langgananku, tapi beberapa kali aku juga biasa beli di sini. 

"Berapa, Bu? " Tanyanya. 

"Sepuluh ribu, Mbak! "

Ku ulurkan uang 20 ribu, dan diberi kembalian 10 ribu. Di bungkusnya 3 potong tahu berukuran besar untukku. 

"Wah, naik 2 kali lipat, " Pikirku. 

Tapi ternyata dia membungkus 3 potong lagi untukku. 

Owh.. Ternyata masih normal, batinku lega. 

Ku lanjutkan mencari pedagang tempe langgananku. Aku langsung bersorak saat kutemukan sudah menggelar dagangan dan masih banyak. Berarti tidak langka. 

"Beli yang kecil apa yang besar, Bu? "

"Yang kecil saja 2, Mas! "

"Yang 2 ribuan, Bu? 2 bungkus empat ribu. " Penjualnya menyerahkan tempe nya, dan aku membayar. 

"Tidak naik to Mas? " Tanyaku. 

"Tidak, Bu. Kasihan yang jual gorengan. Sudah minyak langka dan mahal, kalau tempe ikut-ikutan naik  kasihan, Bu. "

"Alhamdulillah... Terima kasih ya, Mas. 

Aku melanjutkan  belanja lauk lainnya, beberapa bumbu dan sayuran dan segera pulang. Tak sampai setengah jam sudah kembali ke rumah. Bernafas lega tidak ada pemogokan pedagang tahu tempe dan harga normal, tidak naik. 

Saya kurang tahu, kenapa di sini harga tahu dan tempe tidak naik. Apakah harga kedelai tidak naik? Atau petani di daerah sini, secara lokal sudah swasembada? Bisa memenuhi kebutuhan lokal, sehingga tidak terlalu terdampak kenaikan kedelai impor yang konon naik dari 9 ribu/kg menjadi 11 ribu/kg.

Padahal dari media online yang saya baca,di Jawa Timur misalnya, pada tahun 2018 produksi kedelai Jatim mencapai sekitar 240 ribu ton, tahun 2019 turun menjadi sekitar 120 ribu ton. Dan di tahun 2020 produksi kedelai bertambah turun menjadi 57.235 ton, padahal konsumsi kedelai Jatim tahun 2020 mencapai mencapai 447.912 ton."Artinya, program swasembada kedelai yang didengung-dengungkan pemerintah tidak jalan.Produksi kedelai justru semakin turun dan defisit kian tinggi.

Di tahun 2022, Kementan menurut Direktur Aneka Kacang dan Umbi Yuris Tiyanto akan memfasilitasi pengembangan kedelai seluas 52 ribu hektare yang tersebar di 16 daerah.  Penanaman kedelai seluas 52 ribu ha nantinya akan dijadikan benih pada luasan 30 ribu ha (dengan produktivitas benih 1 ton/ha) dan menghasilkan 30 ribu ton yang selanjutnya akan digunakan untuk areal tanam menggunakan anggaran non APBN.


Produktivitas kedelai yang dihasilkan diharapkan mencapai 1,7 ton/ha sehingga total kedelai yang dihasilkan pada tahun 2022 diharapkan mencapai 1,040.000 ton atau senilai Rp 8,44 Triliun, dengan harga konsumsi per kg Rp 8.500. 

 Sebagai informasi, produksi kedelai dalam negeri kurang dari 1 juta ton per tahun sementara kebutuhan kedelai per tahun rata-rata mencapai 2 ton. Sehingga harus mengimpor kedelai hasil rekayasa genetika yang bisa saja membawa efek samping merugikan.

Untuk itu, Yuris mendorong petani untuk kembali menanam kedelai di sentra produksi kedelai yang sudah ada. Dia berharap produktivitas bisa meningkat.

Sebagai masyarakat awam yang hanya bisa menjadi pelaku perekonomian, mari kita dukung usaha pemerintah untuk swasembada kedelai. 

Sekarang kita cicipi dulu saja tempe goreng yang sudah matang dan masih hangat. Monggo... 

Silakan tempe mendoan gorengnya.... 
Silakan tempe mendoan gorengnya.... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun