"Pletak...pletak... Pletak.... Suara genting seperti dilempari kerikil. Sementara suasana gelap mencekam, hujan disertai angin dan suhu begitu dingin.Â
Ada sedikit kengerian dan mulut komat kamit berdoa" Allahumma shoyyiban nafi'an. ", Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.Â
Sambil mengurangi ngeri, tangan mencoba membuka gawai. Ternyata di salah satu medsos banyak yang menginfokan adanya fenomena hujan es yang sedang melanda sekitar tempat tinggal penulis. Ada yang mengunggah suasana di jalan, di atas atap dan genteng, serta di halaman. Terlihat butiran-butiran es sebesar kerikil. Pantas saja di atas genteng seperti dilempari kerikil. Padahal hujan tidak terlalu deras, tapi angin bertiup kencang.Â
Hujan es adalah fenomena cuaca alamiah yang termasuk kondisi cuaca ekstrem. Teringat pada mata kuliah geologi dan Klimatologi saat kuliah dulu. Ada pedoman musim yang biasa digunakan para petani, yaitu pranata mangsa. Mungkin itu sesuai dalam mangsa kapitu(palguna) yang merupakan masa rendeng(musim hujan) yang berlangsung antara Desember sampai februari, ditanndai dengan banyaknya turun hujan dan sungai banjir.Â
Kejadian hujan es atau hail disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
Hujan es, dalam ilmu meteorologi disebut dengan hail, adalah presipitasi yang berbentuk bola-bola es. Salah satu proses pembentukannya adalah kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapusan di atas level beku. Es yang terjadi pada proses ini biasanya berukuran besar.Â
Hujan es terjadi karena adanya awan Cumulonimbus (CB).
Pada awan ini terdapat tiga macam partikel (yaitu) butir air, butir air super dingin, dan partikel es.
Energi panas yang dipancarkan matahari dapat membuat air laut mengalami penguapan. Uap air itu lalu naik ke atmosfer dan membentuk awan kemudian pada ketinggian tertentu akan mencapai suhu yang sangat dingin. Awan cumulonimbus terbentuk dari awan-awan kecil yang berkumpul dan berubah menjadi tumpukan awan yang tebal karena hembusan angin. Tumpukan awan tersebut berisi air, es dan muatan listrik berupa petir.
Lantaran suhu yang dingin, butiran es cumulonimbus tidak mencair secara sempurna. Butiran es ini jatuh ke permukaan bumi hingga kemudian disebut sebagai hujan es.
Melansir laman Teknik Lingkungan Adhi Tama Institute of Technologi (ITATS), ada beberapa faktor yang menyebabkan hujan es, di antaranya :Â
1. Tersedianya energi potensial di udara.
 2. Kelembaban udara yang cukup tinggi.Â
3. Udara lembab tersebut berada di bawah udara kering.Â
Kemunculan awan tersebut merupakan bagian dari siklus hidrologi.
Pada tanggal 21 februari 2022, fenomena hujan ini melanda sebagian wilayah kecamatan Kebonsari, Madiun Jawa Timur, yaitu desa Krandegan, Pucanganom dan beberapa daerah lain. Ada beberapa atap rusak, tapi tidak disebabkan oleh hujan es. Kerusakan lebih diakibatkan oleh angin kencang.
Meskipun fenomena hujan es ini tidak mengakibatkan kerugian, tapi perlu diwaspadai karena menunjukkan kondisi cuaca ekstrem.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI