Siangnya Mas Maman sudah sembuh. Inah bersyukur, dia bisa berangkat kerja dengan tenang. Â
 Lain hari, Inah membelikan susu kambing etawa segar dari peternakan di desa sebelah kepunyaan Kaji Julpikar. Mungkin Mas Maman cocok dengan susu yang alami. Membahagiakan suami kan besar pahalanya. Pikir Inah. Lagian kalau suaminya sehat bersemangat dan tidak suka marah-marah, yang bahagia kan Inah juga, hehe he...
" Aduh, Nah. Aku nggak tahan bau prengusnya, sudah sana buat kamu saja, "Â
Mas Maman hanya menghabiskan segelas, padahal Inah belinya 1 liter. Ya sudah, Inah saja yang minum. Siapa tahu justru Inah yang sehat, kuat, gagah perkasa. Eh...Â
"Glek.glek.glek..! " Mas Maman menyesap susunya antusias. Inah menatapnya dengan harap-harap cemas.Â
"Enak Nah. Kamu pintar memilih susunya, " Mas Maman mengacungkan jempolnya, sementara  tangan satunya mengusap mulutnya yang belepotan susu.Â
Inah menghela nafas lega. Tapi tunggu, jangan senang dulu. Nanti siapa tahu reaksinya seperti dulu, menimbulkan alergi dan efek yang serius.Â
Ternyata sampai habis satu kemasan, Mas Maman tidak komplain sama sekali. Bahkan moodnya jadi bagus, jarang marah-marah dan lebih sayang sama Inah. Tutur katanyapun jadi lembut, bahkan lebih berhati-hati menurut perasaan Inah. Inah bahagia. Besok pasti akan dibelikannya susu yang cocok untuk Mas Maman. Inah ingat, ada banyak pilihan rasa, dari yang plain, vanila, coklat, sampai stroberi. Mas Maman pasti juga tak akan bosan jika berganti-ganti rasa susunya.Â
Pulang kerja Inah ditemani Marni teman sekerja nya belanja bulanan.Â
"Inaaahhh, kamu hamil? " Marni terkejut, takjub dan merasa ikut bahagia sampai matanya terbelalak.Â
Inah hanya nyengir, sambil memasukkan kemasan susu rasa coklat, stroberi, vanila dan plain ke dalam keranjang belanjaannya. Susu untuk ibu hamil...Â