Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Cafe Arum Dalu, Cafe dalam Gerbong Kereta

6 Februari 2022   06:38 Diperbarui: 6 Februari 2022   09:51 1857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Murah itu relatif, tapi menikmati kuliner lezat, di tempat yang unik, syahdu dan romantis, sejuk bersih higienis dengan penyajian menarik sepenuh hati, harga yang terjangkau itu bagiku tidak hanya murah, tapi wow...

Sudah menjadi kebiasaan kami, mengisi akhir pekan dengan mengunjungi tempat wisata sambil berwisata kuliner. Tidak perlu jauh-jauh, yang penting bisa menyegarkan tubuh dan pikiran. 

Suamiku mengajakku makan siang setelah kami berjalan-jalan di jalan pahlawan dan duduk-duduk di sekitar balaikota. 

Awalnya aku menolak ketika beliaunya mengajakku ke cafe di kantor milik PT Inka Madiun. Bayanganku kuliner di atas kereta yang serba mahal. Tapi suamiku meyakinkan ku, kalau aku takkan menyesal. Sebab dia sudah pernah makan di situ bersama teman-temannya. 

Baru saja sampai, sudah ada Pak Satpam yang membantu memarkir mobil di tempat yang sesuai. Di dekat tempat parkir ada masjid milik PT Inka yang tentunya lengkap dengan toilet dan tempat wudhu. 

"Maaf, Bapak. Kalau boleh tahu,  tujuannya ke mana? Pak satpam bertanya sopan. 

" Mau cari makan siang, Pak. Jawab suamiku. 

"Owh silakan, monggo. Pintu masuknya di sana", Pak Satpam memandu kami. 

Cafe Arum dalu (Dokpri)
Cafe Arum dalu (Dokpri)

Masuk ke ruangan, aku agak bingung. Di sini tidak ada perangkat meja kursi untuk makan, tapi dipenuhi maket kereta api dan stasiun. Di luar tadi sepertinya adalah meja kursi yang disediakan untuk pengunjung cafe. 

"Maaf ibu, ada yang bisa saya bantu?"

 Seorang perempuan muda berseragam putih hitam menyambut kami, aku dan suamiku. 

"Mau ke cafe mbak", jawabku. 

" Silakan pilih menu dulu ya, Bu, "

Dia menyodorkan buklet menu padaku. 

"Mas, mau makan apa? " Suamiku yang sudah jauh menuju tempat makan kupanggil. 

"Jus alpukat, sama sup iga saja. " Katanya.

 Aku segera menulis pesanan. Awalnya aku ingin memilih menu yang sama, tapi sepertinya lebih baik menu yang berbeda. Bisa melihat sendiri penampilan menunya. Kupilih menu yang relatif murah, rawon deso. Kuserahkan pesanan ku pada mbak yang tadi. 

"Silakan melakukan pembayaran dulu ya, Bu".

Selesai melakukan pembayaran, aku diberi nomor meja dan dipersilakan menunggu di dalam gerbong tempat pengunjung menikmati hidangan cafe. 

Foto-foto dulu sambil menunggu pesanan siap (Dokpri) 
Foto-foto dulu sambil menunggu pesanan siap (Dokpri) 

Aku sempat mondar mandir mencari pintu masuk, karena suamiku sudah duluan mencari tempat, takut sudah penuh. Ternyata pintu gerbongnya menghadap arah luar, di sisi sebaliknya. 

Alhamdulillah, tempatnya lapang, bersih dan sejuk karena terpasang AC. Hanya ada beberapa keluarga, karena diterapkan prokes. 

Ada anak-anak yang berlarian dengan gembira di dalam gerbong, sementara ibunya hanya mengawasinya karena tempatnya relatif aman untuk anak-anak. 

Tak lama pesanan jus alpukat datang. Penyajian yang menarik, dilengkapi tatakan untuk tetap menjaga kebersihan meja, juga sedotan yang terbungkus kertas dengan aman. 

Meski suamiku memilih tempat duduk empuk seperti sofa, aku juga mencoba duduk di kursi yang ala  mini bar. Kesempatan untuk bisa coba-coba mumpung pengunjung tidak terlalu banyak. 

Tak lama pesanan kami datang. Penyajiannya menarik dan porsinya pasti mengenyangkan. 

Sup iga, rawon deso dan jus alpukat(Dokpri) 
Sup iga, rawon deso dan jus alpukat(Dokpri) 

Melihat pesanan kami siap, aku berpikir, ternyata di tempat senyaman ini harganya relatif murah. Dengan penyajian menarik, tempatnya sejuk, syahdu romantis, pesanan kami yang terdiri dari 2 gelas jus alpukat, seporsi rawon deso plus nasi, dan seporsi sup iga plus nasi, total hanya 70 k. 

Di tempat lain, jauh lebih mahal. Pernah kami makan tongseng, tengkleng dan sate di tempat terkenal, tapi sangat ala kadarnya dan jorok. Minumnya disediakan dalam gelas yang kotor berkalamat dan gumpil. Tapi habisnya sampai ratusan ribu. Konon katanya itu langganan para pejabat, tapi entah kenapa begitu jorok. 

Di restoran-restoran alam yang biasa kami datangi pun biasanya habis di atas 100 ribu. 

Tapi di sini, dengan suasana unik, syahdu romantis, dan nyaman, kami cukup menghabiskan uang di bawah 100 ribu. 

Untuk rasa pun cukup mantap. Cuma rawon deso nya, dagingnya sedikit alot, mungkin memang disengaja. Sebab daging yang terlalu empuk, biasanya rasa dagingnya sudah berubah. 

Nah, para pecinta kuliner, kalau tertarik dan berminat ke sini, catat tempatnya.

Cafe Arum dalu, jalan Yos Sudarso 71, Madiun lor, Kecamatan Manguharjo, Madiun. 

Tapi untuk masuk ke sini, harus masuk kantor PT Inka Madiun dulu, karena letaknya di dalam, nyaris tidak kelihatan dari luar. 

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun