Meski tertulis tak sadar, aku ingat, tulisan ini terinspirasi oleh cerita rakyat. Kaum mileneal mungkin sudah tak paham dengan cerita ini. Bahkan generasi seusiakupun mungkin banyak yang tidak tahu dengan cerita ini kalau tidak suka membaca, dan orang tuanya tidak suka membacakan cerita untuk anak-anaknya.Â
Aku terhuyung.tertatih.
bertele berang kepala naga
.sembur.sembur.aku.tak.kabur
.takut.takut.simpaiku mengerucut.
ananda berteletaghut.
mengenang kekasih sapih.
sayup lirih membisik sukma.
Balimu nak.klungkung karangasem
 berdiri tunduk berlutut.
Tiba kaki melumpuh.
menyentuh margarana.
Duhai nestapa bunda.
Manggalih bermuram raja.
Kenapa nanda bertaruh nyawa.
Raja berang tiada terlayani,
mayapada tiada berseri. Bangun.bangun.anakku
.jemputlah pengantin belahan sukma
terkapar tersandra.
Empu baradah wejang erlangga
.duhai sukma jalma manusia.
kodratmu telah sua.
antar pengantin bermahkota manikam gebyar permata.
manggalih menantu hamba.
datanglah naaak.
Erlanggamu terkapar sendu.
bertasbih dalam rindu.
separuh suksma tertawan candu.
asmara menggebu.
terbayang eloknya kalbu.
Duh ibuuu.aku tersipu.
ijinkan hamba mengadu.
tersipu karena biru.
Lembayung kalayung layung.
duh kakang.manggalih siap menghadang.
Langkah kakang yang benderang.
bertalu gendang.
berkerubut rakyat seberang.
Hamba mengerang.
kenapa tandu tiada terbentang.
 Duh kakang.
kiranya kakang tercoreng arang.
dinda jelang.arang mengabu.
menghitam biru.
dinda pasrah ing kalbu.
raih telapak hamba.
kecup.lembut lambaian cinta.
dinda saji berpadu jiwa
menyatukan sukma.satu asma.Suksma....
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H