Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengintip Perawan di Ujung Selatan

11 Desember 2020   17:39 Diperbarui: 11 Desember 2020   21:21 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di depan mulut goa bayem (Dokpri)

(Goa Bayem dan Kedung Maling)

Dhuhur baru saja menyapa. Cuaca tidak terlalu cerah, tapi sepertinya hari ini tidak akan turun hujan. 

Selepas shalat dan santap siang, suamiku memintaku menemaninya survey lokasi yang mungkin bisa dimanfaatkan untuk kegiatan ekstrakulikuler di alam.

Tak menunggu lama aku sudah siap berangkat. Simpel saja,hanya tas selempang yang berisi dompet, gawai dan mukena. Kostum kasual yang bisa menyesuaikan untuk penelusuran alam. 

Sejujurnya aku belum paham kondisi medan yang akan kami tinjau. Begitu pula suamiku. Tapi menilik goa dan air terjun yang akan kami datangi, aku membayangkan jalan kaki yang cukup jauh dan membutuhkan stamina, serta kondisi alam semak belukar dan pohon-pohon besar yang menjadi magnet tersendiri bagi semua orang yang suka menelusuri alam. 

Dari rumahku menuju jalan raya  madiun-ponorogo ke arah selatan. Sampai Mlilir, kami berbelok ke timur melewati jalan beraspal.

Sampai di depan pintu gerbang taman wisata "Raden Sekar Park", Mas Hendrik dan Mas Wasis sudah menunggu. Mereka adalah murid-murid suamiku yang sudah menjadi alumni. Dulu mereka adalah anggota pecinta alam saat suamiku masih menjadi pembinanya.

Tak menunggu lama, kami segera menuju lokasi, kira-kira masih sekitar 3 km lagi. Sayang sekali, jalan yang kami lalui sudah banyak yang rusak, aspalnya tinggal sebagian dan bergerowong, ditambah tanjakan dan turunan yang membuatku komat-kamit dan tahan nafas sambil memasrahkan diri pada sang pemilik kehidupan.

Di tanjakan dan turunan yang lumayan ekstrim, aku memilih turun dari sepeda motor. Awalnya suamiku memintaku yang mengendarai motor, tapi aku lebih memilih jalan kaki. Ternyata meski hanya sekitar 100m, tapi tanjakan dan turunan itu sudah mampu membuat nafasku tersengal-sengal. Menyadarkanku kalau  umur hampir setengah abad :p

Sampai di batas perkampungan, kami bertemu Pak Bayan dan salah satu alumni SMAN dolopo juga yang tinggal di dekat lokasi. Mas Supriyono, yang akan memandu penelusuran kami. Sebagai warga di situ, dia sudah sangat mengenal daerah itu. Sekaligus paham jarak terdekat untuk mencapai goa bayem dan Kedung Maling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun