"Mas....!"
"Iya, sayang....."
Mas Rizal membalikkan tubuhnya ke arahku. Dari tadi dia asyik mengakrabi gawainya meski terbaring di sampingku.
Ditaruh gawainya di tempat yang aman, mengelus hitam lebat rikmaku, dan mencium keningku.
"Emmm...," aku jadi bingung mau ngomong apa. Tapi aku harus mengatakannya. Ku tak ingin masalah yang hinggap dalam rumah tanggaku menjadi duri dan menusuk ketentraman keluargaku.
Mas Rizal menggesekkan pipinya ke pipiku. Membuatku geli.
"Massss...," kumerengek manja ketika Mas Rizal semakin nakal mengusikku.
Mas Rizal tertawa kecil. Tapi tak menghentikan aksinya.
"Kenapa pas ada undangan manten Mas Rizal tidak mengajakku. Aku kan istri Mas Rizal. Kenapa malah memboncengkan Dek Reny?"Â
Sejenak rasa tak nyaman hinggap di hatiku mengingat kejadian yang bagiku menyakitkan itu.
"Itu memang undangan terbatas, tidak ada yang mengajak keluarga,lagian undangannya nggak sekalian kok. Mungkin kuotanya terbatas. Kamu jg enggak bakalan mau datang kan, kalau enggak diundang? "Mas Rizal menjawab santai, sambil menggigit lembut kupingku.