Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

"Anjay" dan Bahasa Gali

1 September 2020   07:30 Diperbarui: 25 September 2020   09:40 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Urutan aksara jawa yang menjadi dasar terbentuknya bahasa gali/senibudayaku.com

" Anjay...keren banget lu ye...(kagum)

"Anjay, sudah capek-capek, gagal! ( sialan)

Dan tentunya ada banyak makna anjay yang lain yang biasa digunakan oleh kaum mileneal untuk mengekspresikan maksudnya.

Tapi lebih jauh lagi tentang makna kata, ada hal yang juga kontroversial di saat saya muda, sekitar tahun 80'an. Juga tentang penggunaan bahasa. Yaitu bahasa gali(gabungan anak liar). Kalau ditinjau dari asal munculnya bahasa ini, tentu para orang tua akan resah dan miris bila anak-anaknya menggunakan bahasa slank seperti ini. Sebab gali yang terkenal di sekitar tahun 80'an dan berkembang di yogyakarta itu memang sangat meresahkan, bahkan sempat dihubungkan dengan petrus (penembakan misterius) di kala itu. 

Padahal bahasa ini juga bisa menjadi bahasa sandi, yang diajarkan pada saat kegiatan pramuka untuk pokok bahasan sandi. Sebab bahasa ini berasal dari urutan huruf jawa yang dijodohkan. Ha dengan pa, na dengan dha, ca dengan ja dan seterusnya. Itulah awal mula nama saya menjadi Pib. 

Dan karena terdengar menarik, sampai sekarang sahabat-sahabat yang akrab dengan  saya masih sering memanggil saya dengan nama itu. Saya tidak keberatan, bahkan terkadang saya sendiri yang suka menggunakan nama itu. Tapi untuk orang yang paham tapi selalu berpikiran negatif, bahasa seperti itu akan mengasosiasikan pada hal-hal yang buruk. Padahal bagi saya dan teman-teman yang sepaham, bahasa itu sekedar bahasa gaul di masa saya muda dan bangga sebagai anak muda yang mempunyai keunikan dan ciri khas sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun