Belum lagi faktor emosi yang stabil dengan adanya ancaman virus yang menuntut cuci tangan, disinfektan, masker, dan berita-berita tidak bertanggung jawab yang memicu cemas dan stres. Saat itulah banyak wali murid yang panik dan berusaha mencari kambing hitam.Â
Meski ada sebuah pantun tak kalah lucu yang dituliskan seorang mama menjawab curhatan sang anak. Saya dapatkan dari tulisan seorang guru di grup fb media guru Indonesia, yang bunyinya kurang lebih begini :
Di  Australia banyak kangguru
 Sepertinya enak jadi tempat wisata
Kamu kira mama suka jadi gurumu
Waktu diajar tanya makanan saja
Mungkin para guru bisa memaklumi ketika paham kondisi para wali murid yang seperti mendapat shock therapy karena tetiba harus menghadapi dan membantu anak-anaknya  belajar, meski itu bukan alasan untuk membenarkan alasan mereka menuduh guru makan gaji buta, karena pada kenyataannya tugas guru yang mengajar dari rumah jauh lebih berat daripada jika bertatap muka secara langsung. Dalam pembelajaran daring, guru dituntut :
1. Melakukan presensi dengan mengisi jurnal.
2. Tetap mengajar secara daring sesuai jam mengajarnya.
3. Menciptakan pembelajaran yang menarik dengan membuat presentasi power point, Â video, kreatif mengarahkan siswa sesuai kondisi yang dihadapi bila kondisi siswa beragam, bahkan ada yang belum mempunyai gawai yang bisa mengakses aplikasi.
4. Menyisihkan anggaran agar kuota aman.
5. Kreatif membagi waktu agar tidak menderita penyakit karena seharian menghadapi gawai, laptop atau komputer. Sesekali berganti posisi dan berolah raga sebentar.
6. Terkadang ada kebijakan sekolah yang menuntut guru untuk selalu stand by di depan laptop tanpa peduli tanggal merah atau hari libur.
Mungkin diperlukan saling mengerti dan memahami di antara wali murid dan para guru agar siswa nyaman belajar. Saling memahami dan mengerti, bersatu melawan corona agar segera musnah dari muka bumi. Jangan lupa :
1. Sering cuci tangan memakai sabun.