Kalau kata-kata yang keluar dari pengguna jalan yang terdholimi bukan doa berkah, Semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah, Tapi justru sumpah serapah, keluarga gak genah, pundi-pundinya bedah, dan semoga rumah tangganya bubrah, siapa yang salah ?
Di bulan besar seperti ini banyak orang yang punya gawe . Sebenarnya hal seperti itu wajar saja. Menjadi tidak wajar dan bermasalah ketika para empunya hajat itu seenaknya menuTup jalan umum terutama jalan raya yang dilalui oleh ratusan bahkan ribuan pengguna jalan setiap harinya, dan dialihkan ke jalan-jalan atau gang-gang kecil di tengah perkampungan. Selain pengguna jalan harus menempuh rute lebih jauh 2 sampai 5 kali lipat, hal seperti ini juga berbahaya karena bisa menimbulkan kecelakaan. Bayangkan saja kalau jalanan sempit yang biasanya sepi berubah menjadi ramai dengan kendaraan yang berlalu-lalang, bisa saja terjadi saling tabrak.Yang lebih konyol lagi, para empunya hajat itu membangun terob di tengah jalan, seperti membangun rumah di  tengah jalan saja, sehingga ketidaknyamanan seperti ini bisa berlangsung berhari-hari. Bisa 3 hari bahkan sampai seminggu. Seharusnya para ceceore atau rakyat jelata bisa belajar dari Presiden SBY, yang waktu menggelar hajatan dan lalulintas dialihkan beberapa jam saja, banyak media yang menyoroti , bahkan demo dan kehebohan mewarnainya. Saya tidak tahu, kenapa pelanggaran serius terhadap hak pengguna jalan seperti ini seolah-olah menjadi  hal yang sepele, tapi saya yang juga rakyat jelata  hanya bisa berharap, semoga para rakyat jelata yag sedang menggelar hajat, tidak lagi arogan untuk menjadi preman penguasa jalan. Semoga....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H