Mohon tunggu...
Istiqomariyah Indra Ningrum
Istiqomariyah Indra Ningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi Universitas Surabaya

Selalu berusaha menunjukkan sisi terbaik diri

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apa Itu Gangguan Stress Pascatrauma (PTSD)

11 April 2020   02:11 Diperbarui: 11 April 2020   02:10 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

            Spesifikasi dari tipe PTSD ada tiga yang meliputi Acute jika durasi simtom kurang dari tiga bulan. Kronis jika durasi simtom lebih dari tiga bulan. With delayed onset jika simtom terjadi setidaknya enam bulan dari kejadian traumatik. Dengan catatan minimal  satu gejala re-experiencing, tiga gejala avoidance, dan dua gejala hyperarousal.

Penanganan untuk individu yang menderita PTSD bisa dilakukan dengan terapi, berdasarkan (“Direktori Psikologi: Posttraumatic Stress Disorder (PTSD),” n.d.) ada lima terapi yang dapat dijalani. Yang pertama adalah Trauma-Focused Cognitive Behavioral Therapy (TF-CBT) digunakan agar dapat mengenali pikiran, perasaan, maupun perilaku yang kurang tepat sehingga individu dapat mengenali dan mengelola reaksinya dengan baik. Kedua, Cognitive Processing Therapy (CPT) yaitu agar individu dapat mengubah pola pikir mengenai trauma dengan cara menuliskan rincian mengenagi kejadian agar dapat mengetahui pola pikir kemudian baru diarahkan ke sisi positif. Ketiga, Prolonged Exposure Therapy (PE) yaitu individu diminta untuk menuliskan hal yang ingin dihindari sejak trauma kemudian melakukan teknik bernafas dan dibantu untuk menghadapi kecemasan yang timbul. Keempat, Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) yaitu membantu individu untuk fokus dengan cara mengikuti suatu gerakan secara bolak-balik ketika membicarakan kejadian traumatik. Terakhir yang kelima, Farmakoterapi yaitu melalui obat-obatan yang membantu pengidap PTSD dalam meringankan gejala. Kemudian ada juga konseling menggunakan pendekatan Logiterapi yang telah dikembangkan oleh Viktor Frankl. Konseling ini berpusat pada memaknai suatu hal untuk melawan PTSD sehingga menjadi pribadi yang lebih bermakna dan menjauhi pikiran bunuh diri serta meyakiti diri sendiri (Engel, 2012). Selain itu ada terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yang dikemukakan oleh Gary Craig yaitu terapi yang melibatkan energi spiritual saat melakukan terapi (Lilyanti, 2016).

Tidak hanya terapi yang merupakan faktor penting dari penanganan PTSD namun juga dukungan sosial bagi penderita karena dukungan sosial terbukti berkaitan dengan cara individu untuk mengontrol tekanan stres. Seperti dukungan emosi yang mendengarkan keluh kesah dan menjadi sandaran bagi penderita serta dukungan informasi yang menampung semua informasi yang terkait dari kejadian traumatik (Hatta, 2015). Peran orangtua dan keluarga menjadi suatu energi bagi para pengidap PTSD. Tidak hanya itu kerabat dan teman sangat mempengaruhi lingkungan juga agar memberi perhatian lebih untuk penderita PTSD.

Setelah mengenal beberapa hal diatas mengenai PTSD (Post-Traumatic Syndrome Disorder) kita harus lebih memahami dan tidak menganggap remeh kecemasan mereka. Berbagai mitos dan fakta PTSD yang tersebar di masyarakat awam juga telah terpecahkan dengan informasi diatas. Sehingga kedepannya kita lebih peduli, simpati, dan empati terhadap mereka yang membutuhkan kita sebagai sandaran.

Referensi :

Bruno, L. (2019). Dampak Kejadian Traumatik Terhadap Fungsi Otak Pada Penderita Posttraumatic Stress Disorder (PTSD). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Direktori Psikologi: Posttraumatic Stress Disorder (PTSD). (n.d.). Retrieved December 8, 2019, from https://pijarpsikologi.org/direktori-psikologi-posttraumatic-stress-disorder-ptsd/

Engel, J. D. (2012). Konseling Traumatik dengan Pendekatan Logoterapi (Penanganan terhadap Post Traumatic Stress Disorder [PTSD] Korban Trafficking). Proceeding Workshop & Seminar International Post Traumatic Counseling, 1(1), 114–126.

Fakta dan Mitos Post Traumatic Stress Disorder - Pijar Psikologi. (n.d.). Retrieved December 7, 2019, from https://pijarpsikologi.org/fakta-dan-mitos-post-traumatic-stress-disorder/

Hatta, K. (2015). Peran Orangtua Dalam Proses Pemulihan Trauma Anak. Gender Equality: Internasional Journal of Child and Gender Studies, 1(2), 57–74.

Lilyanti, H. (2016). Studi Analisis Terhadap Penggunaan Terapi Spiritual Emotional Freedom Techique (Seft) Yang Dapat Digunakan Sebagai Terapi Pada Klien Yang Mengalami Post Traumatic Stress Disorder (Ptsd). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan Dan Farmasi, 15(1), 19. https://doi.org/10.36465/jkbth.v15i1.144

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun