Mohon tunggu...
Istiqomah Saeful
Istiqomah Saeful Mohon Tunggu... -

Perempuan di Kebun Hikmah http://rinduku.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adzan Atau Sekedar Alarm

2 Agustus 2010   02:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:23 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup di Jakarta dimana semua orang berlari untuk mencari dunia memang sangat beda dengan hidup di kota santri tempat saya dilahirkan dan dibesarkan, bahkan disini fungsi adzan sudah bukan lagi panggilan untuk shalat tapi hanya alarm, iya hanya “alarm

Adzan Dzuhur telah menjadi alarm panggilan untuk makan siang, meninggalkan meja dan cari warung, Adzhan Asyar dijadikan panggilan untuk rehat sejenak minum kopi atau teh dan bahkan patungan untuk beli gorengan dan makan bersama lupa shalat, Adzan Magrib waktunya meninggalkan dan beres meja kantor kemudian pulang atau mereka yang dirumah seperti saya, Magrib adalah waktunya untuk sejenak meninggalkan layar televisi untuk mandi dan habis mandi nonton TV lagi, Adzan Isya waktunya makan malam, kemudian Adzan Subuh waktunya untuk bangun, mandi dan berangkat kantor … nauzubillahimindzalik, adzan bukan lagi panggilan untuk shalat.

Iya, jika keadaan diatas sudah terjadi, maka dimana ALLAH saya letakan, dunia menjerat saya dengan kesibukannya, harusnya saya sadar bahwa panggilan adzan itu adalah panggilan untuk menghadapNYA, apakah saya yang hidup dikota besar ini sudah tidak lagi membutuhkan ALLAH, tidak ingin lagi mencari ketenangan dengan berlama lama diatas sajadah, mengadukan semua masalah dunia dan akhirat saya kepada yang memiliki napas saya, tidak inginkah saya bersyukur atas napas yang ALLAH berikan dari Dzuhur ke Ashar, dari Ashar ke Magrib, dari Magrib ke Isya dan tidak inginkah saya bersyukur dengan bersujud sejenak setelah ALLAH membangunkan saya dalam keadaan sehat di waktu Subuh … ya ALLAH sungguh getaran itu telah hilang dari hati.

Lupakah saya ketika musibah itu datang bertubi tubi, dan ALLAH telah menjadi penolong saya melalui shalat shalat saya, melalui sabar saya, tidak inginkah saya kembali bersujud panjang dan menitikan airmata seperti dulu namun kali ini karena rasa syukur atas segala nikmat yang ALLAH berikan, bukankah saya yang membutuhkan shalat saya, iya shalat ini untuk saya bukan untuk orang lain, ALLAH tak membutuhkan saya, tapi saya yang membutuhkan ALLAH … apa harus menunggu ALLAH murka dulu, menjewer saya dengan satu musibah lalu baru saya mau shalat tepat waktu, nauzubillahimindzalik

(
(
ya ALLAH, hamba macam apa saya ini, bersyukur saja saya tak mampu bahkan bisa bisanya menempatkan pemilik napas saya diurutan ke-100 untuk saya temui
(
(

Shalat … kenapa saya harus shalat? pertanyaan bodoh yang tidak perlu diungkapkan, karena jawabannya jelas, shalat membuat saya tenang, shalat adalah ungkapan rasa syukur saya, shalat adalah ungkapan kerinduan setelah waktu waktu yang melelahkan begitu menyita membunuh waktu, kesia siaan yang saya biarkan berkelanjutan, jika fungsi adzan sudah berpindah dari panggilan shalat menjadi alarm, lalu dimana saya letakan ALLAH, inikah bukti cinta saya kepada ALLAH yang saya gembar gemborkan bahwa saya mencintaiNYA melebihi apapun, padahal ketika DIA memanggil, saya males malesan datang, jadi jangan marah deh kalau suatu hari saya butuh ALLAH, dan ALLAH juga ntar ntar aja nolongnya begitu saya sudah kolaps !! padahal saya membutuhkan ALLAH dihentakan pertama ketika luka itu datang, dan untuk membuat ALLAH selalu menolong saya maka saya harus membuktikan bahwa saya mencintai ALLAH, ketika ALLAH mencintai saya, apa sih yang gak dikasih?

Bayangkan ketika kekasih saya meminta saya duduk disebelahnya, badan saya gemetar, kaki saya lemes membayangkan indahnya duduk disebelah kekasih saya, jantung saya mau copot karena bergetar hebat seperti kena aliran listrik… sudah beginikah getaran itu ketika ALLAH yang memanggil saya melalui adzan, padahal saya mengaku mencintaiNYA, munafik gak !!! jawabannya ada dihati nurani saya … sudahkah saya menjadikan ALLAH kekasih saya, dan mampu membuktikannya?

Ketika getaran adzan tak lagi menggetarkan hati saya, ini pertanda bahwa hati saya mendekati azal, nyaris mati atau jangan jangan sudah mati suri dan jika ini yang terjadi maka waktunya untuk menghidupkan kembali hati saya “caranya gimana De?” caranya adalah dengan dzikir, ingat selalu kepada ALLAH, hidupkan kesadaran bahwa hidup adalah perpindahan dari satu waktu shalat ke waktu shalat yang lain, bahwa shalat bukan sekedar kewajiban tapi juga kebutuhan, bahwa shalat adalah amalan yang pertama dihisab, bahwa shalat adalah tiang agama, bahwa shalat adalah syukur, doa … bahwa saya BUTUH shalat

)
)

WE HAVE NOTHING except ALLAH … apa sih yang saya punya didunia ini selain ALLAH, kekuatan apa sih yang saya miliki kecuali ALLAH, dan jika mencintai ALLAH saja saya sudah tidak mampu lalu mau apalagi? jika bersyukur saja saya tak mau melakukan lalu akan saya kembalikan kemana jiwa yang kering ini

)
)
sekian banyak hati yang luka karen lupa shalat, sekian banyak hati yang penuh amarah karena jarang wudhu, sekian banyak pencarian hanya palsu dan semu karena bukan ALLAH yang dicarinya.

Kini waktunya menjadikan shalat sebagai kebutuhan, bukan hanya kewajiban …

Saya jadi ingat ucapan guru mengaji saya “indikasi bahwa shalat saya diterima oleh ALLAH adalah bahwa saya selalu merindukan panggilan adzan dan panggilan itu mampu menggetarkan hati saya untuk menemui ALLAH, melepas kerinduan yang dalam, melepas lelah setelah berlari mengejar dunia … indahnya merindukan ALLAH” mari ukur seberapa rindunya kita kepada ALLAH di saat adzan menggema.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun