Mohon tunggu...
Istiqomah
Istiqomah Mohon Tunggu... -

UIN SUNAN KALIJAGA, ILMU KOMUNIKASI

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pendakian Pertama"Andong Peak"

22 September 2015   11:24 Diperbarui: 22 September 2015   11:24 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi orang awam mendaki gunung atau hiking adalah sesuatu yang ekstrim, Karena nyawa menjadi taruhannya “takut jatuh kejurang”, “ takut tidak bisa kembali dengan selamat”, “kondisi badan yang takut nanti ngdrop”. Itulah beberapa komentar saat kita mengatakan “ayo mendaki”. Sebenarnya rasa kekhawatiran mereka cukup beralasan, dan memang benar mendaki bukan hal yang mudah. Tetapi ada hal yang perlu kita tahu bersama, mendaki itu tidak asal mendaki, Kita juga diajarkan safety, Apakah pendaki harus laki-laki? Tidak sekarang para pendaki wanita sudah cukup banyak, Yang pertama mari ubah mindset kita terlebih dulu, Mendaki bukan hal yang mengerikan ketika kita tau aturan dan kita taati aturan. Sekarang gunung bukan lagi tempat yang seram dan dikeramatkan gunung kini telah menjadi objek wisata yang bisa dinikmati oleh siapa saja.

Mengekplor gunung itu adalah kegiatan yang menyenangkan bukan sekedar foto yang kita dapatkan tetapi pengalaman, teman, dan rasa solidaritas antar sesama, bagi kalian yang pernah mendaki pasti merasakan keramahan antar pendaki yakni, 3S (senyum,salam,sapa).

Bagi para pemula tidak usah mendaki medan yang berat dan susah, Kita bisa memulai mendaki gunung yang lumayan pendek salah satunya kita bisa hiking pertama ke Gunung Andong yang terletak di kabupaten Magelang, Gunung ini memiliki ketinggian 1.726 mdpl.

Saya juga pertama kali mendaki gunung Andong tetapi berbeda jika biasanya mendaki Andong hanya dibutuhkan waktu dua jam, Saya mendaki Andong selama 1 hari 1 malam karena kita ngechamp disana, Persiapan awal tim kami dibagi dua kelompok dan saya kelompok dua , dengan 6 cewek dan 4 cowok. Waktu itu jam menunjukan 21.30 WIB, Kita memulai pendakian dan lewat jalur yang berbeda dan lebih jauh dari jalur biasanya yang hanya dua jam saja. Malam itu memang sangat dingin dan gelap, kita dengan peralatan seadanya memulai pendakian, selama perjalanan kita sering berhenti untuk istirahat sekedar minum air dan mengambil nafas. Karena medan yang kita lalui cukup jauh. Kita sampai di puncak sekitar pukul 00.00 WIB, Waktu saya mendaki adalah malam sabtu jadi banyak tempat yang sudah terdapat tenda jadi terpaksa hanya dua tenda yang bisa kami dirikan padahal kita berjumlah 14 orang, Akhirnya yang cewek tetap tidur dalam satu tenda mekipun sangat sempit dan yang cowok tidur ditenda sebagian dan sisanya mereka tidur diluar menggunakan sleeping bag.

Malam hari diatas puncak ketinggian memang pengalaman pertama bagi saya. Dingin karena bukan sekedar angin tapi kabut yang membawa air tembus jaket sehingga perlu bagi kalian membawa jaket parasit saat mendaki.

Tetapi perjuangan itu terbayar lunas ketika mentari pagi menyapa, Keindahan Sang Pencipta begitu indahnya, Kita berada di puncak andong dengan suguhan keindahan panorama alam yang terhampar didepan kita seperi lautan awan nan elok. Tetapi sayang karena cuaca sedang berkabut kita tak bisa menikmati sang surya yang biasa disebut sunrise. Perjalanan kami lanjutkan untuk melihat para pendaki lain dan berkunjung kesebuah makam kuno diatas gunung.

Setelah puas melihat kita pun turun sekitar jam 10.00 WIB. Berbeda dengan saat naik , kita turun lebih cepat karena menggunakan jalan pintas dan merosot, Dikarenakan matahari sudah menyinari jalan kami, 1 jam setengah kita sudah sampai bawah. Dibawah kita bisa transit dirumah yang memang disediakan oleh warga untuk para pendaki, Kita bisa mandi atau hanya sekdar melepas lelah. Begitulah sepenggal kisah pendakian di Gunung Andong. Jadilah pendaki yang beretika dan turut menjaga alam ciptaan Tuhan. Jangan pernah tinggalkan sampah diarea gunung, itulah sang pendaki sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun