Mohon tunggu...
Istiqomah
Istiqomah Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Istri dan Ibu

Menulis harus fokus setajam sorot lensa📸 menulis bagiku meruncingkan ujung pena🖋menulis itu menebarkan kebaikan🧕🏻Menulis itu meningkatkan keimanan📖

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

AI Semakin di Depan tapi Human Development Jangan Sampai Ketinggalan

23 November 2024   04:13 Diperbarui: 23 November 2024   05:03 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan: ilustrasi Artificial Intelegence. Sumber Gambar: Pixabay.com oleh tungnguyen0905

Belakangan Artificial Intelegence (AI) menjadi topik terbaru dalam bidang jurnalistik. Kajian literaturnya juga telah banyak dipublikasi menuju abad penuh gengsi. Media menjadi sorotan tatkala AI mulai menjadi bahan diskusi jurnalistik kontemporer dan seakurat apa AI tampil menyajikan berita. Beberapa sumber menyebutkan bahwa jurnalisme digital membantu kerja jurnalis (Biswal dan Gouda, 2020), tepat saat redaksi tv One mulai memperkenalkan AI.

Dalam petikan di laman https://www.tvonenews.com/amp/berita/nasional/211711-tvone-luncurkan-portal-news-ai-pertama-di-indonesia, tampak AI di branding sebagai lompatan kebangkitan jurnalisme dan sebagai teknologi di Indonesia. 

Berita-berita seputar AI ada yang berisi ketidak beresan untuk diserap sebagai informasi. Seperti yang dirilis oleh liputan6.com di link https://www.liputan6.com/amp/5596099/guru-sd-di-ikn-dituntut-melek-ai-biar-bisa-ngobrol-dengan-tiang-listrik

Disini pengertian AI bisa disalah artikan, bagaimanapun AI adalah buatan manusia dan secanggih apapun teknologi pasti ada titik lemahnya. Tetap mengedepankan sikap kemanusiawian bahwa perubahan teknologi hanya sebatas memudahkan dimensi kehidupan. Cukup beralasan memang tatkala mengikuti jejak teknologi teranyar untuk tergiring merasa takjub sekaligus ajaib.

Jurnalisme sendiri yang memiliki nilai netral dan kejujuran butuh sikap yang objektif dalam menarasikan sebuah berita. Sikap netral ini yang perlu di tegaskan ada dipihak baik dan benar yang seperti apa. Baik dan benar menurut media itu yang bagaimana sehingga konsep pemberitaan terarah dan lugas dapat ditangkap cara media berperan dalam mendampingi masyarakat.

Sedangkan AI kepraktisannya dalam mengemas berita akankah bisa berimbang layaknya manusia? Sejauh ini komunikasi antar manusia merupakan disiplin ilmu sosial yang interaktif serta mampu mengedukasi diri. Disamping itu, penyajian berita akan mempengaruhi sekali  dengan tingkah laku manusia. 

Pemberitaan akan mencontohkan tingkah laku dari angel yang layak untuk ditonton. Sebagai bentuk dari pentingnya media dapat dilihat dari pengaruh yang dirasakan oleh khalayak, mulai dari aspek kognitif, afektif hingga konotif dari media massa dan dampak positif negarif dari media sosial (Khatimah, 2018)

Kejernihan dalam peliputan berita adalah sebuah prinsip, meski tidak ada salahnya AI bisa menjadi mesin penunjang. Kualitas manusia harusnya bisa lebih baik, itulah sebabnya human development menjadi bagian yang juga tak kalah penting.

Pengembangan diri manusia kini dalam fase yang memprihatinkan. Beberapa berita diluaran sana menjelaskan hal buruk tentangnya. Perilaku-perilaku manusia seakan tidak berimbang dengan maraknya kemajuan teknologi masa kini. Krisis etika dan moral salah satunya dipengaruhi oleh penyimpangan teknologi (Hudi dkk, 2024)

Mulai dari pembullyan dan kriminalitas di luar nalar malah menghiasi pemberitaan kita hari demi hari. Jelas peran jurnalisme yang memahami kode etik penyiaran tentu harus lebih terang untuk memberi teladan kepada masyarakat. Walaupun kita pasti tahu keadaan memang tidak baik-baik saja dan harus memberikan fakta seterang-terangnya. Pemberitaan akan memberikan pengaruh yang utuh walau tidak sepenuhnya pengaruh buruk disiarkan.

Cuma yang kita tahu hal yang ditonton dan dibaca dipengaruhi oleh bagaimana syiar syiar media memberi arah dan tujuan dalam menyikapi setiap momentum. Apa perlu berita kriminal menjadi isi yang menarik untuk disampaikan demi meraih rating yang tinggi?

Disini kita akan megoptimasi AI apakah bisa menggapai masalah kasus kemanusiaan yang semisalnya untuk benar-benar dituntaskan. Miris melihat isi berita hanya menggambarkan fakta saja, lalu ada sisi sensual vulgar semata seperti pemerkosaasn atau sejenisnya. Komnas perempuan menilai bahwa media hanya menjalankan misi perusahaannya "kabar buruk adalah berita baik" untuk menaikkan jumlah pembaca dengan mengangkat kasus asusila.

Maka itulah kesan human development yang bisa mundur dari teknologinya dilihat dari citra pemberitaan. Seperti halnya pemberitaan asusila yang menceritakan perempuan, kesan yang privasi dan merendahkan martabatnya tentu akan menginspirasi bentuk asusila lainnya.

Human development dan AI Bersinergi

Tanpa pedoman kita akan menjajah, tanpa teknologi kita akan terjajah. Kata-kata bijak ini, bisa menjadi renungan bagi kita semua. Senada dengan itu, apa yang disampaikan oleh staf kepresidenan Jendral TNI (purn) Moeldoko bahwa Indeks Pembangunan Indonesia (HDI), Indonesia berada di urutan 114 dari 189 negara. 

Sebuah tantangan yang besar jika segala sumber informasi masih terpaku karena keinginan pasar semata. Mengingat pertumbuhan faktor-faktor penentunya dari hulu ke hilir perlu sinergi yang kuat.

AI sebagai terobosan teknologi tentu punya maksud dalam kancah kehidupan kita. Parameter dari waktu yang singkat bisa menjadi alasannya. Tetapi, perlunya mempertimbangkan kualitas manusia jika tenaga dan fungsinya beralih. 

Abad yang digadang-gadang sebagai lompatan transformasi serba instan dan cepat, tentu juga perlu pemberdayaan dari manusia itu sendiri. Karena, kecerdasan yang dimiliki adalah tiruan manusia, sehingga manusialah yang harusnya lebih memiliki kemampuan yang mumpuni itu.

Tidak cukup kecerdasan intelegensi, ada data-data yang pastinya direplikasi lalu disajikan sebagai informasi. Untuk penulusuran sebuah fakta AI pasti menyerap data-data dari apa yang sudah dikerjakan oleh manusia. Artinya tindak-tanduk informasi akan dijalankan oleh AI dengan sekehendak manusia. Manusialah tetap penentu utama, sebagai pengontrol yang tidak bisa digantikan oleh robot buatannya sendiri.

Maka etika-etika ini yang perlu dipahami, bahwa AI adalah by design saja. Sekarang ilmu AI sudah digunakan di berbagai bidang. AI bisa didefinisikan sebagai perangkat atau mesin pintar. Ia juga dapat menjalankan suatu tugas yang apabila dijalankan membutuhkan kepintaran untuk melakukannya.

 Meskipun alasan lainnya, karena manusia lamban mengeluarkan kesimpulan iya atau tidak saat berada dipersimpangan keputusan yang tepat.

Pertimbangan umum ini, yang belum dijumpai dengan kapasitas khusus mengarahkan AI untuk menyerap data yang terpusat pada etika. Kita tahu sejauh ini AI telah bisa bekerja secara optimal dengan sistem kerja minim kesalahan. Hasilnya, memuaskan dan tidak ada lagi kata pemborosan waktu yang seperti orang modern mau.

Perkembangan human development juga mesti seiring sejalan, agar sistem kerja kecerdasan buatan akan beriringan dalam memutuskan tindakan. Harapan jangka panjang tentunya yang ingin kita raih, moral dan etika yang tak kalah bersahabat erat dalam kehidupan. Tentu sinergi menjulang maju dalam urusan dan aspek kehidupan yang disamdingkan dengan teknologi adalah misi utamanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun