Belakangan Artificial Intelegence (AI) menjadi topik terbaru dalam bidang jurnalistik. Kajian literaturnya juga telah banyak dipublikasi menuju abad penuh gengsi. Media menjadi sorotan tatkala AI mulai menjadi bahan diskusi jurnalistik kontemporer dan seakurat apa AI tampil menyajikan berita. Beberapa sumber menyebutkan bahwa jurnalisme digital membantu kerja jurnalis (Biswal dan Gouda, 2020), tepat saat redaksi tv One mulai memperkenalkan AI.
Dalam petikan di laman https://www.tvonenews.com/amp/berita/nasional/211711-tvone-luncurkan-portal-news-ai-pertama-di-indonesia, tampak AI di branding sebagai lompatan kebangkitan jurnalisme dan sebagai teknologi di Indonesia.
Berita-berita seputar AI ada yang berisi ketidak beresan untuk diserap sebagai informasi. Seperti yang dirilis oleh liputan6.com di link https://www.liputan6.com/amp/5596099/guru-sd-di-ikn-dituntut-melek-ai-biar-bisa-ngobrol-dengan-tiang-listrik.
Disini pengertian AI bisa disalah artikan, bagaimanapun AI adalah buatan manusia dan secanggih apapun teknologi pasti ada titik lemahnya. Tetap mengedepankan sikap kemanusiawian bahwa perubahan teknologi hanya sebatas memudahkan dimensi kehidupan. Cukup beralasan memang tatkala mengikuti jejak teknologi teranyar untuk tergiring merasa takjub sekaligus ajaib.
Jurnalisme sendiri yang memiliki nilai netral dan kejujuran butuh sikap yang objektif dalam menarasikan sebuah berita. Sikap netral ini yang perlu di tegaskan ada dipihak baik dan benar yang seperti apa. Baik dan benar menurut media itu yang bagaimana sehingga konsep pemberitaan terarah dan lugas dapat ditangkap cara media berperan dalam mendampingi masyarakat.
Sedangkan AI kepraktisannya dalam mengemas berita akankah bisa berimbang layaknya manusia? Sejauh ini komunikasi antar manusia merupakan disiplin ilmu sosial yang interaktif serta mampu mengedukasi diri. Disamping itu, penyajian berita akan mempengaruhi sekali dengan tingkah laku manusia.
Pemberitaan akan mencontohkan tingkah laku dari angel yang layak untuk ditonton. Sebagai bentuk dari pentingnya media dapat dilihat dari pengaruh yang dirasakan oleh khalayak, mulai dari aspek kognitif, afektif hingga konotif dari media massa dan dampak positif negarif dari media sosial (Khatimah, 2018)
Kejernihan dalam peliputan berita adalah sebuah prinsip, meski tidak ada salahnya AI bisa menjadi mesin penunjang. Kualitas manusia harusnya bisa lebih baik, itulah sebabnya human development menjadi bagian yang juga tak kalah penting.
Pengembangan diri manusia kini dalam fase yang memprihatinkan. Beberapa berita diluaran sana menjelaskan hal buruk tentangnya. Perilaku-perilaku manusia seakan tidak berimbang dengan maraknya kemajuan teknologi masa kini. Krisis etika dan moral salah satunya dipengaruhi oleh penyimpangan teknologi (Hudi dkk, 2024)
Mulai dari pembullyan dan kriminalitas di luar nalar malah menghiasi pemberitaan kita hari demi hari. Jelas peran jurnalisme yang memahami kode etik penyiaran tentu harus lebih terang untuk memberi teladan kepada masyarakat. Walaupun kita pasti tahu keadaan memang tidak baik-baik saja dan harus memberikan fakta seterang-terangnya. Pemberitaan akan memberikan pengaruh yang utuh walau tidak sepenuhnya pengaruh buruk disiarkan.