Ternyata saya baru menyadari menjadi kompasianer harus benar-benar belajar dan tentunya tidak mudah. Satu demi satu saya belajar tulisan menarik yang bisa dipilih menjadi artikel utama.
Ternyata komposisi informasi dan komunikasi yang efektif menjadi menarik untuk dibaca. Saya bersyukur bisa terhubung dengan penulis yang kompeten di bidangnya. Banyak membantu untuk mencerna situasi dan kondisi apa yang harus disikapi.
Meraih predikat terbaik di blog nomor satu ini adalah satu keistimewaan. Saya merasa bisa bertumbuh dengan percaya diri karena dukungan penulis yang memberikan umpan balik saling mengapresiasi.
Berbagai kritikan dan saran untuk membangun tulisan, bagi saya amat sangat berharga. Segala pekerjaan yang dimulai dari hati akan sampai ke hati jua. Kompasiana memberikan kesempatan itu, bertumbuh untuk berkarya dengan para suhu yang terbilang mumpuni adalah bentuk syukur saya sebagai pendatang baru.
Kisah menarik yang diulas dari cara pandang tiap orang terlihat nyentrik dan bisa diterima oleh kalangan generasi milenial seperti saya ini. Segala usia bisa ikut nimbrung membincangkan ide-ide yang berisik di kepala.
Menulis bisa merefleksikan jiwa, tentunya untuk menghubungkan banyak ide perlu banyak membaca. Bacaan yang aktual dan bermutu menjadi topik yang harusnya bertebaran dan berdampak positif.
Bagi saya, kompasiana telah memberikan ruang dan kesempatan itu. Bahkan tak jarang ketika memulai hari jari jemari telah hafal kemana safari harus menuju.
Acap kali dengan kesibukan random ibu-ibu, saya selalu menyempatkan diri membuat artikel sambil berbincang dengan gadis kecil saya. Saling berdiskusi dengan topik tertentu dan ia menimpali sendu menatap perhatian lalu tertawa.
Saat itu ide mengucur deras dan jiwa yang lelah karena terjebak rutinitas di eksperesikan dengan rangkaian tulisan-tulisan untuk meringankan isi kepala.
Plong! Rasanya kekacauan isi rumah bisa dimaafkan dan meluangkan sejenak kesempatan untuk berbagi pengalaman.