Salah satunya adalah dari melemahnya konsumsi rumah tangga kelas menengah menjadi 4,5 persen pada Q4 2023 dibanding Q3 2023 sebesar 5.1 persen.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, gen Z sebagai prospek pasar utama perlu bijak dalam mengendalikan keinginan dan kebutuhan.
Pengamat Ekonom Endiyah Puji Tristanti juga menilai bahwa doom spending adalah konsekuensi global akibat diterapkannya ekonomi Kapitalisme yang melahirkan gaya hidup bebas.
Seperti apa yang terjadi di Amerika dengan situasi perubahan politik dan juga kerusakan iklim menjadi pemicunya. Tekanan dan stress membuat generasi muda Amerika melakukan doom spending secara komunal.
Gaya hidup hedonis menyampul dari trend doom spending, tentunya jika tidak diatasi akan mendorong pada bebasnya tatanan ekonomi dalam negeri.
Imbas fenomena ini membuat defisit dari perdagangan terus melebar dan efeknya adalah memiskinkan generasi, lebih dari itu akan merugikan perekonomian negara.
Terlebih lagi lalu lalangnya iklan pinjaman online terus masif, maka sangat mudah untuk tergiur dengan tawarannya. Jika melihat pola doom spending merupakan bagian dari mental healt life crisis bagi Gen Z. Merupakan bagian kebijakan kapitalistik global yang bermuara dari kehidupan sekuler.
Maka untuk mengatasinya membuang prilaku konsumtif. Melawan nafsu berbelanja dengan gaya hidup berkecukupan saja. Meskipun dampak ekonomi tetap dilewati generasi hari ini, cara paling ampuh adalah membuang gaya hidup kebarat-baratan dan menggantinya sesuai dengan fitrah manusia yang menetramkan hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H