Mohon tunggu...
Istiqomah
Istiqomah Mohon Tunggu... Freelancer - pegiat literasi

fokus setajam sorot lensa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Simbol Siaga Peringatan Darurat, Berbagai Hal Pelik yang Hening Menjadi Genting kala semarak HUT RI

24 Agustus 2024   03:08 Diperbarui: 24 Agustus 2024   03:16 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bualan omong kosong Kapitalisme telah menjadi titik jenuh yang panjang. Kita tidak bisa terus bergantung padanya. Melahirkan pemimpin populis menggurita bersama oligarki adalah bukti pahit yang harus kita terima.

Amerika sendiri sebagai kampium Kapitalis telah menampakkan kebangkrutan yang nyata. Ketidaksetaraan ekonomi menjadi penyebabnya. Kemudian adanya korporasi yang terlibat menjadikan politik sebagai sarang menanamkan kekuatan kebijakan segilintir elit pengusaha. Tentu akan menguntungkannya dan dapat merugikan persaingan yang adil.

Parahnya hari ini kebijakan lahir tanpa mempertimbangkan lingkungan yang merampas ruang hidup masyarakat bentuk kekejian luar biasa.

Hukum buatan manusia sudah terbukti melahirkan pertentangan, permusuhan dan pertikaian.

Demokrasi sebagai alat Kapitalisme itu lahir dari keterbatasan, kepalsuan dan kelemahan. Tidak ada musuh dan teman yang abadi, bagi penganut Kapitalisme kepentinganlah yang abadi.

Sudah sewajarnya, kesadaran takut kepada sang Khalik menjadi dasar yang kuat. Siapa lagi yang ditakuti jika bukan kepada Tuhannya. Pencipta juga pengatur kita.

Benar, mustahil anggapan kita menjadikan aturan Pencipta dalam kehidupan ini. Apapun alasannya, hukum dan aturan keilahian pernah terwujud. Serta menjadi peradaban yang tak tanggung-tanggung.

Cuma soal waktu saja bagaimana sistem ini juga akan runtuh. Dari masa kemasa hukum buatan manusia pasti akan hancur sehancurnya.

Persis tragedi kapal nabi Nuh, mereka yang selamat adalah yang taat dan tunduk pada Tuhannya. Sedangkan mereka yang binasa ditenggelamkan oleh ketamakan dan kerakusan mereka saat di dunia. Bukankah nabi-nabi sebelumnya juga di olok-olok oleh kaumnya? Hari ini pun juga tidak ada yang berani bawa bawa agama dalam setiap permasalahannya. Padahal sumpah untuk memimpin atas nama Allah serta Al Quran menjadi saksinya.

Kisah itu abadi sebagai pengingat kita semua. Jalan yang benar dan buruk tidak pernah sama. Tokoh-tokoh yang berperan tidaklah netral mereka berdiri disisi yang patut dibela menurut cara pandang mereka.

Setiap kisah ada tokoh antagonis yang keji dan protagonis yang heroik. Kisah hari ini memperlihatkan semua tokoh-tokoh hiprokit lagi menipu menampakkan wajah heroik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun