Selain di Indonesia, pada awal April lalu terjadi ketegangan China terhadap Vietnam. China menenggelamkan kapal di perairan Kepulauan Paracel yang disengketakan oleh kedua negara. Akibatnya, nyaris 8 awak kapal nelayan tenggelam dari insiden itu.
Kemudian dua minggu setelahnya, Kapal Haiyang Dizhi menyambangi dan mengusik kegiatan eksplorasi migas West Capella yang dioperasikan oleh Petronas. Lokasi ini terletak 200 mil pada kawasan zona ekonomi eksklusif Malaysia dari Sarawak. China juga mengklaim wilayah itu terkategori wilayahnya. 4
Lawatan Mike Pompeo beberapa waktu lalu meyakinkan Indonesia untuk menjalin kerjasama terkait dengan keamanan maritim di jalur laut China selatan. Dalam kesempatan lain pihak Indonesia mengajak Amerika untuk berinvestasi di pulau terluar termasuk Natuna, namun tidak bersedia untuk mendaratkan persawatnya.
Dalam posisi ini Indonesia berada dipersimpangan jalan menjalin kepada siapa untuk berdiplomasi. Memang harus diakui situsi saat ini sungguh tidaklah mudah mengambil keputusan perihal kondisi ekonomi yang semakin melemah, akan tetapi bagaimanapun juga mengambil sikap tegas sudah seharusnya.
Campur tangan asing dan aseng untuk mengambil simpati Indonesia memperlihatkan keberpengaruhannya. Sebagai negara besar langkah yang tepat ialah mengambil sikap tegas, karenanya akan tampak bahwa Indonesia adalah negara yang independen. Menjalankan kekuatan ekonomi secara mandiri tanpa alasan tanpa tapi.
Tujuan kedua negara itu tidak lain adalah pengaruh politik luar negeri, keberpihakan Indonesia akan menjembatani kekuasaan kawasan Laut China Selatan dalam perspektif Industri. Selama investasi menjadi angin segar untuk “berdiplomasi” maka akan terlihat siapa yang diuntungkan. Sebab, jika salah langkah saja maka kedaulatan dan kekayaan alam yang ada di sana tak akan dinikmati seutuhnya. Rakyat sangat berharap kekayaan negeri ini dapat dirasakan dan dijangkau keberbagai penjuru. Arus informasi yang menggambarkan ketegangan ini mengacu pada mindset dipihak mana media menyadarkan masyarakat.
Kemandirian ekonomi sangatlah penting untuk sebuah harga kedaulatan, kemampuan yang ada saat ini harus mengalami peningkatan yang berarti. Apatah lagi, tekanan-tekanan ambisi negara adidaya dengan mudahnya menyurutkan nyali. Jelas ini tantangan besar untuk sungguh-sungguh menseriusi kedaulatan poros maritim dunia. Visi dan misi yang kuat dalam menjaganya harus melibatkan aturan yang sebanding, karena dengan cara seperti itulah tidak akan ada yang menganggap remeh negara yang menjadi jalur maritim tersibuk di dunia.
Itulah sebabnya, dengan kondisi geostrategis wilayah kita dan populasi muslim terbesar dunia menjaga kekaayaan negeri dengan kepemimpinanIslam kaffah sudah seharusnya. Dengannya tidak akan ada sejengkal pun tanah kekayaan yang bisa disekat jika bergantung pada aturan-Nya. Terlindungi dengan sebaik-baiknya pelindung sebagaimana kutipan hadis riyawat muslim di bawah ini:
“Ribath (Menjaga perbtasan wilayah Islam dari serangan musuh-musuh islam) sehari semalam lebih baik dari pada puasa sunnah dan shalat sunnah sebulan penuh,dan jika seorang murabith mati di tengah ia melakukan ribath, maka amal perbuatannya itu akan terus berpahala, dan ia diberikan rizqinya di surga kelak, serta tidak ditanya di dalam kubur (oleh malaikat munkar dan nakir)” (HR. Muslim)
***
Sumber:
- Fika Komara. (2019). Penggerak Opini Islam Era Digital. Yogyakarta: Imune Press
- https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/mesdm-kontrak-blok-natuna-d-alpha-telah-berakhir
- https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/05/191254165/jadi-polemik-antara-indonesia-dengan-china-di-mana-letak-laut-natuna?page=all
- https://www.matamatapolitik.com/listicle-ini-bukan-latihan-5-fakta-tentang-laut-china-selatan/
- https://republika.co.id/berita/q9yc4e393/narasi-perang-di-laut-china-selatan
- https://projects.voanews.com/south-china-sea/indonesian/
- https://www.mongabay.co.id/2019/10/08/kedaulatan-negara-di-atas-laut-adalah-segalanya/