Barang kali ada diantara kita yang sedang dihadapkan dua pilihan. Seperti memilih antara birrul walidain atau melanjutkan cita-cita. Sedangkan menurut kita keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga memunculkan kebimbangan.
Biasanya dua pilihan ini dihadapi oleh mereka yang merantau. Ada yang merantau karena menempuh pendidikan, bekerja, pindah pekerjaan, kalau sebagai istri mengikut suami dan lain halnya.
Contoh: pada kondisi orang tua yang sudah lanjut usia dan meminta untuk menetap di kampung halaman, sedangkan kita dalam kondisi menuju atau berproses meraih cita-cita di kota perantauan. Tentu hal ini menjadi kegalauan tersendiri. Sebab, di satu sisi perlu merawat orang tua namun disisi lain kita juga perlu meraih cita-cita untuk masa depan kita.
Ada pula orang tua meminta tolong untuk mengurus suatu kepentingan yang mengharuskan kita untuk pindah atau meninggalkan cita-cita. Dan masih banyak kasus lainnya.
Berangkat dari kebimbangan dua pilihan ini terutama perihal antara birrul walidain dengan cita-cita. Tentu kita sebagai seorang Muslim perlu memperhatikan prioritas amal.
Segala aktivitas seorang Muslim perlu diukur dengan hukum syara', yakni wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.
Setelah kita dapat mengetahui apa saja hukum dari perkara-perkara yang sedang kita hadapi, maka apabila dihadapkan perkara wajib dengan sunnah tentu kita memilih wajib. Begitu pula perkara mubah dengan sunnah. Tentu prioritaskan yang sunnah. Begitupun dengan hukum yang lain.
Lalu bagaimana apabila wajib dengan wajib? Maka disini diperlukan pertimbangan yang benar-benar matang. Dinilai setiap sisinya.
Dalam perihal antara birrul walidain dengan cita-cita. Kalau ternyata yang prioritas adalah harus birrul walidain. Maka firman Allah dibawah ini bisa menjadi pemantaban kenapa kita harus memilih birrul walidain ketimbang melanjutkan cita-cita.
Allah Ta'ala berfirman:
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua"Â (QS. An Nisa: 36).
Dalam ayat ini juga digunakan bentuk kalimat perintah. Allah juga berfirman:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya"Â (QS. Al Isra: 23).
Semoga setelah mengetahui dalilnya mampu merubah kebimbangan menjadi kemantaban. Semoga yang tadinya karena terpaksa menjadi karena hendak menaati perintah Allah, sehingga muncullah keikhlasan, kesabaran dan kesyukuran.
WalLahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H