Factitious disorder (FD) menyebabkan kurang baiknya komunikasi satu orang dengan yang lainnya, karena terkadang FD ini selalu ingin diperhatikan. Dampaknya adalah ketika ada masalah maka akan membesar dan menimbulkan suasana kondusif terutama jika itu terjadi di lingkungan kerja. Itulah salah satu yang menjadi alasan pihak perusahaan untuk accept atau ignore seorang pelamar.
Sebaliknya ketika suatu akun social media selalu memposting hal-hal positif, prestasi, informasi ataupun untuk online shop yang terpercaya, itu menandakan suatu kepribadian baik dari siempunya medsos.
Banyak sekali sekarang kasus-kasus buruk yang viral juga karena seringnya mengakses atau meniru perilaku yang dicontohkan oleh pengguna medsos. Misalnya, ada orang yang sering berkata kasar kemudian oleh anak-anak yang masih newbie dan masih ikut-ikutan juga belum mengerti baik buruk dari penggunaan medsos, maka mereka akan menganggap bahwa berkata kasar adalah hal yang wajar dan secara tidak langsung di lain kesempatan mereka akan ikut-ikutan berkata kasar.
Dengan peran sosial media sebagai personal branding maka seharusnya kita bisa lebih bijak dalam menggunakannya. Menunjukkan hal negatif dalam bersosmed sama saja menunjukkan karakter buruk kita.Â
Selain merusak moral orang lain, kita juda merusak citra diri kita sendiri. Sebaliknya hal-hal baik yang kita ungkap atau unggah dalam social media kita, menandakan pribadi positif yang ada dalam diri kita. Bangunlah sebuah brand secara konsisten, jelas, dan memberikan pengaruh positif terhadap orang lain Jadi mulai sekarang, yuk gunakan sosmed untuk membangun brand diri kita yang hal positif dan menginspirasi orang lain! Dengan "menjual" brand yang baik maka orang lain akan menghargai diri kita dengan "nilai" lebih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H