Kalau mau bilang "sekarang", ya bilang saja dari awal. Nggak perlu pakai bilang "tahun depan". Orang yang bertanya kan nggak salah, cuma mau meyakinkan barangkali memang disuruhnya untuk tahun depan.
Bertanya "kapan?" menurut saya merupakan langkah yang tepat. Kecuali si pemerintah berkata, "sekarang juga kamu fotocopy-in ini 20 lembar" baru bisa dibilang compong kalau masih ada yang nanya, "kapan?"
"Kapan?"
"Tahun depan. Ya, sekaranglah!"
Nah, banyak kan nih yang suka banget pakai kalimat dengan pola seperti di atas? Sadar nggak kalian kalau itu termasuk perbuatan dusta? Sadar nggak kalian kalau itu bisa menyakiti hati orang yang diajak bicara?
Seperti suatu ketika saya melihat seseorang yang berkata, "tolong tetesin ini, dong" (sambil ngasih botol kecil bertuliskan Otopain).
"Tetesin ke mana, Kak?"
"Ke mata! Ya ke telingalah, masa Otopain ke mata? Emangnya Rohto?" Eh dia nyuruh malah nyolot, kasihan deh saya jadinya ke orang yang dipintai tolong.
Padahal tinggal bilang aja, "ke telinga", ya kan? Kan nggak semua orang tahu kalau itu Otopain untuk telinga. Kalau nggak bisa bersikap baik, tolonglah jangan berani-beraninya minta tolong ke orang lain. Menjengkelkan.
In the end, untuk Fulanah: barangkali suatu hari kamu baca postingan ini, saya harap kamu mau berubah. Dan untuk pembaca secara umum, mulailah hilangkan kebiasaan seperti di atas karena itu pekerjaan yang sia-sia dan sangat menjengkelkan, ngelamain hisab aja tuh. Mulai kapan? Tahun depan. Ya dari sekaranglah :P
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H